Mohon tunggu...
Tessya SeviaAgustin
Tessya SeviaAgustin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Prodi Akuntansi Universitas Nusa Putra

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Faktor yang Memengaruhi Harga Saham di Masa Pandemi

14 Juni 2021   16:57 Diperbarui: 14 Juni 2021   17:23 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Wabah pandemi Corona Virus (Covid-19) berasal dari kota Wuhan, China, pada Desember 2019 yang telah menyebar ke seluruh dunia dengan total hampir 199 negara. Beberapa upaya yang dilakukan negara-negara di dunia termasuk Indonesia dalam menangani pandemi ini adalah dengan menerapkan physical distancing, penggunaan masker, meliburkan sekolah, melakukan work from home (bekerja dari rumah), dan lain sebagainya termasuk lockdown.

Merebaknya wabah ini rupanya tidak berdampak pada kesehatan saja, namun secara tidak langsung berdampak pada sektor perekonomian. Terkait hal tersebut, banyak perusahaan yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada karyawannya dengan alasan perusahaan tidak mampu lagi untuk menanggung semua biaya operasional ditengah-tengah omzet penjualan yang menurun hingga hampir 80%. 

Pandemi ini membuat segala aktivitas dunia menjadi terhambat. Wabah ini membuat guncangan terhadap pasar saham dan pasar keuangan di dalam negeri, dan mengakibatkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok dan tertendang ke level cukup rendah. Hal ini dibenarkan oleh WHO yang menetapkan Corona Pandemi Dunia, IHSG sempat anjlok pada titik 4,3%.

Secara teoritis banyak faktor yang mempengaruhi harga saham. Salah satunya adalah bahwa harga saham tergantung pada prospek keuntungan yang dimiliki perusahaan. Keuntungan tersebut tergantung dari kondisi makro ekonomi seperti Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat pengangguran, inflasi, tingkat bunga, kurs rupiah terhadap US Dolar.

Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan termasuk faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham. Estimasi PDB ini yang akan menentukan perkembangan perekonomian, karena PDB berasal dari jumlah barang konsumsi yang menyebabkan perekonomian tumbuh dan meningkatkan skala omzet penjualan perusahaan. Mengingat pada dasarnya masyarakat adalah bersifat konsumtif, maka ketika omzet penjualannya mengalami peningkatan, hal itu menimbulkan keuntungan perusahaan yang juga ikut meningkat.

Peningkatan keuntungan itulah yang menjadi penyebab suatu harga saham perusahaan tersebut meningkat dan berdampak pada pergeseran Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Terkait hal itu, kebutuhan dalam memberikan informasi yang lengkap kepada masyarakat tentang perkembangan bursa pun ikut meningkat. Salah satu informasi yang diperlukan adalah indeks harga saham,  yang merupakan cerminan dari pergerakan harga saham. Indeks harga saham itulah yang kemudian disebarluaskan melalui media sebagai salah satu pedoman bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal.

Naik turunnya indeks harga saham properti bisa terjadi karena di dalam perekonomian ada faktor tertentu yang menyebabkan tingkat harga melonjak sekaligus. Namun, ada faktor lain yang menyebabkan kenaikan tingkat harga berlangsung terus menerus secara perlahan. Menurut Sartono (dalam Mudji: 2003), kejadian yang cenderung mendorong naiknya tingkat harga disebut gejolak inflasi. Inflasi sangat terkait dengan penurunan kemampuan daya beli, baik itu individu maupun perusahaan yang merupakan peristiwa yang penting dan ditemui di hampir semua negara di dunia.

Inflasi adalah suatu kejadian yang menunjukkan kenaikan tingkat harga secara umum yang berlangsung secara terus menerus. Ketika inflasi meningkat, maka daya beli menurun. Begitu pun dengan saham. Ketika inflasi mengalami kenaikan, maka harga saham pendapatan akan menurun. Pada kondisi itu, investor biasanya memanfaatkan situasi tersebut dengan melakukan pembelian saham dengan harga yang murah. Sama halnya dengan masa pandemi, kondisi inflasi pada masa pandemi menyebabkan investor cenderung untuk melakukan penawaran saham karena semakin tinggi inflasi, maka harga saham akan menurun.

Faktor makro ekonomi lainnya yang mempengaruhi harga saham adalah nilai tukar mata uang atau yang sering kita dengar dengan sebutan kurs, adalah harga mata uang terhadap mata uang lainnya. Terdapat dua pendekatan yang digunakan untuk menentukan nilai tukar mata uang, yaitu pendekatan moneter dan pendekatan pasar. Pada pendekatan moneter, nilai tukar mata uang diartikan sebagai suatu harga di mana mata uang asing diperjualbelikan terhadap mata uang domestik dan harga tersebut berhubungan dengan penawaran dan permintaan uang.

Ketika kurs rupiah terhadap mata uang asing melemah, maka akan membuat biaya impor bahan baku untuk suatu produksi mengalami peningkatan. Hal itu akan berpengaruh terhadap menurunnya laba yang didapat oleh sebuah perusahaan dan mengakibatkan dividen yang dibagikan kepada pemegang saham menurun.

Maka dari itu, di masa pandemi nilai tukar tidak ada pengaruh yang signifikan antara nilai tukar terhadap harga saham secara parsial. Tidak adanya pengaruh yang signifikan disebabkan karena transaksi yang terjadi pada perusahaan lebih banyak menggunakan mata uang rupiah daripada mata uang asing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun