Mohon tunggu...
Cika Tesazabalia
Cika Tesazabalia Mohon Tunggu... Guru - Panggil saja cika

Masih belajar, banyak kurangnya. Dibaca ya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Perspektif (Dari Kepala Seorang Perempuan)

29 Maret 2021   20:50 Diperbarui: 29 Maret 2021   21:04 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Aplikasi Poster Canva

Aku adalah seorang perempuan. Bukan ingin membeda-bedakan gender tapi entah kenapa rasanya menjadi perempuan itu seperti berat sebelah. 

Banyak sekali yang dipertaruhkan, banyak impian dan cita-cita yang selalu ingin disempurnakan tetapi tidak sempat karena tertinggal waktu dan keadaan. Jadi perempuan itu harus kuat, pundaknya harus kokoh, harus mandiri walaupun pada dasarnya sifat alami perempuan itu adalah manja. Semakin hari semakin menjadi perempuan semakin ditantang dengan banyak hal. Kadang perempuan ini berpikir untuk melakukan segala hal sendirian sampai lupa bahwa beban juga bisa ditularkan.  

Banyak tanggapan masyarakat yang memang perlu diluruskan. Banyak hal yang perlu dibenahi, banyak sekali yang perlu diklarifikasi tentang batasan umur perempuan, tentang harus menjadi apa perempuan nanti, tentang sekolah yang tidak perlu tinggi-tinggi, tentang kodrat perempuan bahwa perempuan itu sebaiknya menjadi ibu rumah tangga dan mengurus anak-anak saja.

Banyak sekali stereotip yang justru membatasi ruang gerak sebagai seorang perempuan, katanya perempuan itu harus pendiam, harus nurut dan tidak boleh melakukan banyak hal. Ada hal yang perlu diluruskan dalam stereotip ini bahwa perempuan bisa melakukan banyak hal, berpendidikan setinggi mungkin, bisa mengejar mimpi sampai kapan pun, menjadi wanita karier tetapi tidak melupakan kodratnya sebagai seorang perempuan.

Menjadi perempuan harus mempunyai landasan yang kuat, harus mampu menjawab ketika ada yang bertanya bekerja atau menjadi ibu rumah tangga? Padahal semuanya bisa dilakukan secara bersamaan. Menjadi wanita karier itu adalah hebat dan menjadi seorang ibu rumah tangga adalah hal yang sangat luar biasa. Jika  dua-duanya bisa dilakukan kenapa harus memilih salah satunya? Bukankah jika memilih hanya satu akan mengorbankan banyak hal yang lainnya?

Setiap pertanyaan hanya terdengar di telinga perempuan. Menjadi seorang perempuan itu ngos-ngosan nya bukan main. Balapan dengan umur menjadi salah satu bagian dari kodrat perempuan. 

Makanya tidak heran banyak sekali perempuan yang baru saja lulus kuliah sudah ditanya kapan akan menikah? Padahal baru saja perempuan ini menapakkan kakinya di dunia kerja, tapi pertanyaan selalu muncul diluar kepala. Jika ditanggapi dengan serius malah akan menjadi cedera dan beban di kepala seorang perempuan.

Lingkungan masih menjadi tolak ukur seorang perempuan. Banyak sekali keterbatasan yang membuat perempuan tidak bisa bergerak bebas, memiliki ruang untuk berkarya, memimpin, melakukan aktivitas yang katanya bertentangan dengan kodrat sebagai seorang perempuan. 

Padahal perempuan itu adalah sama, perempuan bisa melakukan banyak hal dengan luar biasa. Perempuan itu hebat, istimewanya tidak bisa didefinisikan dengan kata-kata. 

Perempuan itu multitalent, multiperan, tapi kenapa kadang perempuan justru dijelaskan secara multitafsir? Padahal perempuan ini sederhana, hanya sedikit rumit dengan caranya karena gengsinya yang tinggi dan egonya yang tidak bisa ditebak dan dibaca oleh mata.

Perempuan itu berhak menempuh jenjang Pendidikan yang tinggi sekalipun. Perempuan itu harus pandai menyusun rencana untuk masa depannya. Kapan ia akan mulai melangkah dan berhenti untuk istirahat sementara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun