Mohon tunggu...
Tesalonika Hsg
Tesalonika Hsg Mohon Tunggu... Kompasianer 2024

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Memahami Arti Sukses dan Bahagia Versi Diri Sendiri di Usia 20-an

6 Oktober 2025   16:00 Diperbarui: 6 Oktober 2025   21:08 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Versi Diri Sendiri (Sumber: Unsplash)

Di usia 20-an, hidup sering terasa seperti lomba maraton tanpa garis finish yang jelas. Semua orang terlihat sibuk mengejar sesuatu: karier cemerlang, penghasilan stabil, pasangan ideal, atau pencapaian yang bisa dibanggakan di media sosial.

Tekanan itu datang bukan hanya dari luar, tapi juga dari dalam diri sendiri. Kita ingin membuktikan bahwa kita “sudah sampai” di titik tertentu, padahal sering kali kita belum tahu arah yang sebenarnya ingin dituju.

Namun, apakah benar hidup harus diukur dari seberapa cepat kita mencapai sesuatu? Ataukah kita sedang meminjam standar sukses orang lain tanpa sadar kehilangan makna dari apa yang kita jalani?

Ambisi yang Lahir dari Perbandingan

Tidak ada yang salah dengan memiliki ambisi. Justru, ambisi bisa menjadi bahan bakar yang membuat kita terus berkembang. Tapi masalah muncul ketika ambisi itu lahir bukan dari keinginan tulus, melainkan dari perbandingan.

Kita mulai menilai hidup melalui pencapaian orang lain: teman seangkatan yang sudah punya bisnis, rekan kerja yang naik jabatan lebih cepat, atau teman lama yang sudah menikah dan punya rumah. Di titik itu, ambisi berubah jadi tekanan.

Perbandingan membuat kita merasa tertinggal, padahal setiap orang punya waktu tumbuh yang berbeda. Apa yang terlihat “terlambat” di mata orang lain bisa jadi waktu terbaik versi kita.

Ketika fokus hidup hanya diarahkan untuk mengejar validasi sosial, kebahagiaan perlahan bergeser menjadi angka, status, dan pencapaian yang terus berubah.

Membedakan Pencapaian dan Pemenuhan

Sering kali, kita terjebak dalam pola pikir bahwa sukses berarti harus punya sesuatu yang bisa dilihat. Seperti pekerjaan tetap, tabungan besar, atau pengakuan publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun