Jika orang tua tidak memahami cara kerja AI, bagaimana mereka bisa memberi arahan yang tepat? Bukan tidak mungkin, anak justru menilai orang tua "gaptek" dan memilih jalan sendiri tanpa pendampingan.
Padahal, fungsi orang tua tidak hanya mendukung teknis, tapi juga memberikan nilai kritis. Misalnya, mengingatkan bahwa referensi yang diberikan AI belum tentu valid, atau bahwa tidak semua hasil edit foto dan video mencerminkan kenyataan.
Tanpa pemahaman dasar, orang tua bisa kehilangan peran penting dalam membimbing anak mengarungi dunia digital yang semakin canggih.
AI Sebagai Jembatan, Bukan Jurang
Mengapa orang tua perlu belajar AI? Bukan untuk bersaing dengan anak dalam kecepatan atau kecanggihan, melainkan untuk membangun pemahaman bersama. AI seharusnya menjadi jembatan antar generasi, bukan jurang pemisah.
Ketika orang tua paham AI, mereka bisa berdiskusi dengan anak tentang peluang dan risiko. Anak mungkin ahli secara teknis, tetapi orang tua bisa menambahkan perspektif etis dan praktis.
Misalnya, apakah penggunaan AI untuk mengerjakan tugas benar-benar mendukung proses belajar atau justru mengurangi kemampuan berpikir kritis? Apakah konten yang dibuat dengan AI hanya sekadar untuk viral, atau bisa membawa nilai positif bagi orang lain?
Belajar AI juga membuka peluang orang tua untuk lebih terhubung dengan dunia anak.
Percakapan tidak berhenti di hal-hal tradisional, tetapi bisa merambah pada topik-topik masa depan. Ini bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang membangun komunikasi yang setara, di mana anak merasa didengar dan orang tua tidak tertinggal.
Membekali Generasi Masa Depan
AI akan terus berkembang, dan dunia kerja anak-anak di masa depan hampir pasti akan dipenuhi dengan teknologi ini.