Mohon tunggu...
Tesalonika Hasugian
Tesalonika Hasugian Mohon Tunggu... Kompasianer 2024

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Catatan Pertama Naik Pesawat di Tengah Demo Berlangsung

4 September 2025   13:57 Diperbarui: 4 September 2025   17:06 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bandara Sultan Thaha Jambi (Sumber: Dok. Pribadi)

Di ruang tunggu, waktu berjalan lambat. Kursi-kursi kosong memberi kesan dingin, sementara wajah-wajah penumpang lain menunjukkan kegelisahan yang mirip. Ada yang pura-pura sibuk dengan ponsel, ada yang menatap jam berulang kali, ada juga yang hanya duduk termenung. 

Saat itu saya tersadar, delay bukan hanya soal pesawat yang terlambat mengudara, tetapi juga refleksi bagaimana kita terbiasa menunggu di tengah ketidakpastian.

Ironisnya, delay selalu dihadapi dengan sabar, padahal di baliknya ada rasa pasrah yang kadang terlalu sering dimaklumi. Begitu pula dengan kehidupan sehari-hari di negeri ini. 

Kenaikan harga, kebijakan yang berubah-ubah, bahkan rasa aman yang seolah bisa hilang kapan saja. Kita menunggu perbaikan, tetapi yang datang justru penundaan demi penundaan.

Pesawat yang Tetap Mengudara

Sekitar pukul setengah sembilan akhirnya kami dipanggil untuk boarding. Ada rasa lega ketika kaki melangkah menuju pesawat, meski langit pagi masih terasa muram. 

Di dalam kabin, suara pramugari menyambut dengan senyum yang berusaha menenangkan. Saat roda pesawat mulai berputar dan perlahan meninggalkan landasan, saya merasakan simbol kecil dari keteguhan hati meski dihantui rasa takut. Hidup harus terus berjalan, perjalanan harus tetap dilanjutkan.

Pesawat yang menampung 132 penumpang itu menjadi saksi kecil bagaimana orang-orang tetap bergerak, tetap pulang, tetap melanjutkan kehidupan, meski di luar sana situasi sedang tidak pasti. 

Ada keberanian sederhana dalam setiap kursi yang terisi. Mungkin itulah potret rakyat Indonesia, selalu berusaha bertahan dan mencari jalan pulang meski jalannya penuh rintangan.

Ketika mendarat di Soekarno-Hatta, ada rasa lega sekaligus refleksi mendalam. Perjalanan ini mengajarkan bahwa rasa takut tidak bisa dihindari, tetapi bisa dilalui. 

Seperti delay yang akhirnya terbayar dengan penerbangan, begitu pula kehidupan yang penuh ketidakpastian ini. Ada saat-saat kita harus menunggu dengan cemas, tetapi ada juga saat di mana kita kembali terbang meski sebentar menuju tujuan yang kita yakini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun