Dilema generasi muda dengan lowongan kerja mungkin takkan pernah lepas dari ekspektasi tentang penghasilan tetap dan pekerjaan stabil.Â
Bayangan menjadi pegawai tetap dengan gaji bulanan, jaminan kesehatan, dan karier yang bertahap naik masih menjadi standar ideal bagi banyak pencari kerja.
Namun, kenyataannya tak semudah itu. Lamaran demi lamaran telah dikirim, proses rekrutmen diikuti, tetapi tak sedikit yang akhirnya tak kunjung membuahkan hasil.Â
Di tengah kedilemaan ini mungkin beberapa di antara kita mulai mengkritik diri, "Apa yang salah? Kenapa sulit sekali mendapat pekerjaan tetap?"
Bukan Anda atau anak Anda yang baru lulus kuliah yang bermasalah. Tapi memang dunia kerja yang sudah berubah. Kita sedang berada di era yang disebut gig economy dan dari sanalah banyak jawaban bisa ditemukan.
Dunia Kerja Telah Berubah, Saatnya Mengenal Gig Economy
Gig economy merujuk pada sistem ekonomi yang mengutamakan pekerjaan lepas, proyek jangka pendek, dan sistem kerja fleksibel dibanding kontrak kerja permanen.Â
Model ini sudah menjangkau berbagai bidang mulai dari jasa penulisan, desain, hingga pengemudi transportasi online dan content creator.
Perusahaan kini berada di tengah arus perubahan yang tidak menentu. Persaingan ketat, transformasi digital, hingga fluktuasi pasar membuat mereka harus berpikir ulang sebelum merekrut karyawan tetap.Â
Risiko keuangan yang tinggi mendorong perusahaan untuk "lebih untung" memilih pekerja freelance, yang bisa diberdayakan secara fleksibel sesuai kebutuhan proyek tanpa kewajiban jangka panjang.
Dalam situasi ini, jumlah pegawai tetap bukan lagi ukuran utama kesuksesan sebuah perusahaan. Sebaliknya, yang lebih diperhatikan adalah kontribusi nyata dari individu, apa pun status kerja yang disandangnya.
Mengapa Banyak Perusahaan Beralih ke Freelance?
Bagi perusahaan, pekerja freelance menawarkan solusi efisiensi. Tidak perlu membayar gaji bulanan, asuransi, tunjangan, maupun jaminan hari tua.
Dalam kondisi pasar yang tidak stabil, ini merupakan strategi bertahan yang paling rasional. Bahkan perusahaan besar pun tak luput dari dinamika ini.Â
Mereka lebih memilih mempertahankan struktur organisasi yang fleksibel dan adaptif. Dalam beberapa kasus, posisi yang dulu harus diisi pegawai tetap kini bisa dilakukan oleh mitra freelance dengan sistem remote.
Tak heran kalau kondisi ini menciptakan lingkungan kerja baru. Suasana lebih fleksibel, tetapi juga lebih kompetitif. Tidak ada jaminan penghasilan tetap dan tekanan (pressure) besar.
Namun di sisi lain, siapa pun punya peluang yang sama untuk menunjukkan keahlian dan membangun karier tanpa harus terikat pada satu kantor.
Tetap Bertahan dan Beradaptasi di Tengah Perubahan Ruang Kerja
Jika saat ini Anda sudah memiliki penghasilan dari pekerjaan lepas baik sebagai penulis, desainer, pelatih daring, maupun kontributor di platform digital itu adalah wujud pencapaian yang layak diapresiasi.Â
Bekerja di luar sistem konvensional bukan berarti tidak punya karier, tetapi sedang membangun fondasi baru yang lebih mandiri dan adaptif.
Gig economy memang tidak menawarkan kepastian seperti pekerjaan tetap. Namun ia membuka ruang untuk bertumbuh, bereksplorasi, dan menemukan bentuk karier yang sesuai dengan nilai dan kapasitas diri. Tantangannya bukan kecil, tapi peluangnya pun tidak terbatas.
Nilai sebuah profesi hari ini tidak lagi semata diukur dari gaji bulanan atau kartu identitas pegawai.Â
Yang utama adalah bagaimana kontribusi seseorang memberi dampak, serta sejauh mana ia mampu beradaptasi dengan tuntutan zaman.
Kesulitan memperoleh pekerjaan tetap bukanlah cerminan ketidakmampuan individu. Melainkan gejala dari perubahan struktural yang terjadi di dunia kerja. Di tengah pergeseran ini, hal yang paling penting adalah menjaga kualitas dan keahlian diri.
Gig economy bukan akhir dari peluang, tetapi awal dari era baru dalam bekerja. Era yang menuntut kita untuk keluar dari zona nyaman untuk belajar ketangguhan, kreativitas, dan kemauan untuk terus belajar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI