Dan gak apa-apa kalau itu 'cuma' itu. Gak semua self-care harus berbentuk healing ke Bali atau staycation di hotel bintang empat. Karena menjaga kewarasan di tengah rapat bertubi-tubi juga bentuk cinta pada diri sendiri, bukan?
Tapi Ironis Juga Kalau Satu-satunya Self-Care, ya, Makan Siang
Di balik romantisasi makan siang sebagai me time, kadang-kadang memang tetap terbesit akan beban finansial.
Kalau dipikir-pikir, kenapa banyak orang gak punya waktu istirahat lain selain jam makan siang? Kenapa akhir pekan kadang tetap kepikiran kerjaan? Dan kenapa setelah jam kantor selesai, justru badan udah terlalu capek buat ngapa-ngapain?
Jangan-jangan kita sedang hidup dalam sistem kerja yang secara tak sadar menghapus ruang untuk benar-benar hidup. Lalu pelan-pelan kita berdamai lewat kebahagiaan kecil bernama nasi ayam sambal matah dan es teh manis.
Bukan berarti salah. Tapi kalau makan siang jadi satu-satunya 'oasis' dalam lima hari kerja, mungkin ini saatnya kita mulai bertanya: apa sistem kerja kita sehat?
Makan Siang, Tapi Jangan Sampai Lupa Diri Sendiri
Kita boleh menikmati momen makan siang sebagai waktu rehat. Tapi jangan sampai itu jadi satu-satunya.
Kita juga berhak untuk gak cuma istirahat fisik, tapi juga mental. Punya waktu untuk hal-hal yang kita suka di luar kerja. Punya energi untuk pulang dan tetap punya hidup setelah jam kantor.
Sebab pada akhirnya, kerja keras gak seharusnya bikin kita lupa caranya bernapas. Kalau kamu hari ini masih bisa duduk, makan dengan tenang, dan sedikit lupa soal notifikasi kerjaan, nikmati sajalah. Mau bagaimana lagi bentuk me time yang gratis dan fleksibel di tengah jam kerja selain jam makan siang?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI