Mohon tunggu...
Tesalonika Hsg
Tesalonika Hsg Mohon Tunggu... Kompasianer 2024

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menulislah Tentang Hal Kecil yang Membuatmu Bersyukur

7 Mei 2025   03:00 Diperbarui: 6 Mei 2025   18:49 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Menulis (Sumber: Unsplash)

Pagi hari adalah momen yang paling tenang bagi hidupmu sendiri.

Saat mata baru terbuka, belum ada beban kantor, belum ada notifikasi WhatsApp yang menuntut balasan cepat, belum ada tuntutan hidup yang mengetuk keras.

Di saat-saat seperti itulah, kita bisa memulai hari dengan satu hal yang sederhana namun berdampak besar: bersyukur.

Tak perlu hal besar untuk kita syukuri. Kadang, hanya bisa membuka mata dengan segar dan tanpa nyeri pun sudah layak disyukuri.

Bangun pagi tepat waktu, bisa menikmati mandi air hangat, atau sarapan sederhana seperti roti dan air putih, susu hangat, teh manis, atau kopi. 

Semua itu bisa jadi alasan untuk menulis rasa syukur kita hari ini.

"Aku bersyukur hari ini bisa bekerja lagi."
Sesederhana itu misalnya. Tapi kalimat pendek ini menyimpan makna yang panjang. 

Di baliknya mungkin ada perjuangan melawan rasa malas, kecemasan, atau bahkan trauma dari pekerjaan sebelumnya. Tapi Anda masih mau mencoba. Masih bangkit dari tempat tidur, masih bersiap, dan memilih untuk hadir di dunia. Itu luar biasa.

Menuliskan rasa syukur, sekecil apa pun, adalah cara kita menyapa diri sendiri dengan kasih. 

Ini bukan tentang pencapaian besar atau momen dramatis. Tapi tentang kesadaran bahwa hidup terus berjalan, dan kita masih diberi kesempatan untuk menjadi bagian di dalamnya.

Bayangkan jika setiap pagi kamu menulis satu kalimat syukur:
Hari ini bisa sarapan bareng keluarga.
Hari ini matahari cerah, cucian cepat kering.
Hari ini ada teman yang tiba-tiba mengirim pesan, sekadar bertanya kabar.

Kalimat-kalimat kecil seperti itu, bila ditulis terus-menerus, akan membentuk cara pandang baru. 

Kita jadi lebih jeli melihat kebaikan. Kita lebih mudah menemukan makna, bahkan di tengah hari yang biasa-biasa saja. Dan yang paling penting, kita mulai menyadari: hidup ini tak seburuk itu.

Menulis rasa syukur juga menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan.

Untuk masa lalu, ini adalah bentuk penerimaan. Kita mengakui bahwa mungkin dulu kita pernah susah, pernah jatuh, pernah kehilangan arah. 

Tapi hari ini kita masih berdiri. Menulis rasa syukur hari ini adalah seperti berkata pada masa lalu: “Terima kasih sudah bertahan sejauh ini.”

Dan untuk masa depan, rasa syukur menjadi fondasi. Ia mengajarkan kita untuk membangun jati diri yang jitu, bukan dari rasa takut atau kekurangan, tapi dari kelimpahan batin. 

Orang yang terbiasa bersyukur akan punya hati yang lapang. Dia tidak mudah dikalahkan oleh satu-dua masalah karena dia tahu, masih banyak hal baik yang bisa dia andalkan.

Bersyukur juga bisa jadi bentuk meditasi harian. Dengan menulis, kita memaksa diri untuk berhenti sejenak, bernapas, dan melihat ke dalam. Ini adalah afirmasi yang nyata. 

Kita tidak sekadar berkata “aku bersyukur,” tapi juga menyusunnya dalam kalimat, menyimpannya, dan mungkin suatu saat nanti, membacanya kembali ketika hari terasa berat.

Tidak perlu teknik jurnal rumit atau buku khusus. Sebuah catatan di ponsel, sticky note di meja kerja, atau tulisan tangan di buku kecil sudah cukup. 

Yang penting adalah niat untuk mengapresiasi hidup, bahkan di tengah keruwetan yang kadang melelahkan.

Kebahagiaan bukan soal mewahnya apa yang kita miliki, tapi seberapa dalam kita bisa merasakannya. 

Rasa itu bisa dilatih lewat menulis, lewat refleksi, lewat kalimat-kalimat sederhana yang lahir dari hati yang jujur.

Jadi, jika besok Anda bangun pagi dan merasa tidak semangat, cobalah tulis satu hal kecil yang kamu syukuri. Tidak usah banyak. Satu saja. 

Mungkin Anda akan kaget, betapa kalimat itu bisa menyelamatkan harimu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun