Mohon tunggu...
Tesalonika Hsg
Tesalonika Hsg Mohon Tunggu... Kompasianer 2024

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Muda dan Beban "Jadi Sukses Sebelum 30": Perlukah Ubah Stereotip Itu?

3 Mei 2025   14:34 Diperbarui: 3 Mei 2025   14:46 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Misalnya, seseorang yang tumbuh dalam keluarga yang tidak mendorong perkembangan diri, atau selalu menanamkan ketakutan gagal, tentu butuh waktu lebih lama untuk membangun kepercayaan diri.

Sementara itu, mereka yang berada di lingkungan suportif bisa melesat lebih cepat. Bukan karena mereka lebih pintar atau lebih rajin, tetapi karena mereka tidak harus bertarung dua kali: dengan dunia luar dan dengan dunia dalam diri sendiri.

Saatnya Mendefinisikan Ulang Arti Sukses

Sukses itu bukan perlombaan siapa lebih cepat, tetapi perjalanan siapa lebih sadar dan bertahan. 

Definisi sukses yang sempit hanya membuat kita terjebak dalam perbandingan yang melelahkan. 

Padahal, ada banyak bentuk sukses yang sah untuk dirayakan. Bisa membiayai kuliah sendiri, berani keluar dari hubungan toksik, atau belajar mencintai diri apa adanya adalah bentuk sukses yang tidak kalah berharga.

Setiap orang punya ritmenya sendiri. Ada yang cepat, ada yang lambat, dan itu bukan masalah. Yang penting bukan seberapa cepat kita sampai, tetapi seberapa kita tahu arah yang dituju. 

Kadang, terlalu fokus pada usia hanya membuat kita buta terhadap pertumbuhan yang sedang kita jalani. Kita jadi lupa bahwa proses juga layak untuk dihargai.

Membandingkan diri dengan orang lain hanya akan menambah kecemasan. 

Daripada terpaku pada timeline sosial yang dibuat-buat, lebih baik kita fokus pada progress pribadi. 

Apakah hari ini aku lebih baik dari kemarin? Apakah aku sedang bergerak menuju versi diriku yang lebih sehat, lebih utuh, dan lebih sadar?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun