Mohon tunggu...
Tesalonika Hasugian
Tesalonika Hasugian Mohon Tunggu... Kompasianer 2024

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengapa Kepercayaan Tidak Mudah Dibangun dalam Komunikasi?

2 Mei 2025   19:20 Diperbarui: 2 Mei 2025   19:20 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kepercayaan (Sumber: Unsplash)

"Gue gak percaya siapa-siapa lagi." Kalimat itu mungkin terdengar dramatis, tapi nyatanya sering keluar dari mulut orang-orang yang pernah merasa dikhianati, disalahpahami, atau diabaikan. 

Di balik pernyataan itu, ada harapan yang dalam untuk dimengerti, disambut, dan diperlakukan dengan tulus. Ironisnya, semakin seseorang ingin dimengerti, semakin ia memasang tembok agar tidak terluka lagi. 

Inilah paradoks dari trust issues: keinginan untuk dekat, tapi takut dibuka.

Fenomena sulit percaya ini tidak hanya terjadi dalam hubungan romantis. Ia bisa muncul dalam relasi keluarga, pertemanan, bahkan kerja tim. 

Di era komunikasi digital yang serba cepat dan dangkal, trust menjadi barang mahal. Kita lebih cepat menarik kesimpulan dari pesan singkat, emoji, atau typing status, daripada benar-benar mendengar isi hati orang lain. 

Tapi bagaimana trust bisa hilang, dan kenapa ia begitu susah dibangun ulang?

Luka Komunikasi: Saat Kepercayaan Retak Tanpa Suara

Dalam komunikasi interpersonal, trust atau kepercayaan menjadi fondasi. Ketika seseorang merasa aman untuk membuka diri, komunikasi berjalan lebih jujur dan dalam. 

Namun kepercayaan bisa runtuh bukan hanya karena kebohongan besar, tapi juga dari hal-hal kecil yang konsisten diabaikan. Contohnya, ketika seseorang curhat tapi hanya dijawab singkat atau diganti topik, pesan yang ditangkap bisa jadi, "Kamu gak penting." 

Lama-lama, orang berhenti bicara karena merasa tidak didengar. Dari sinilah trust mulai goyah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun