Mohon tunggu...
Tesalonika Hsg
Tesalonika Hsg Mohon Tunggu... Kompasianer 2024

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kamis Putih: Keteladanan Yang Dibasuh Dalam Kasih

16 April 2025   12:14 Diperbarui: 16 April 2025   12:14 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustasi Lilin (Sumber: Unsplash)

Di tengah hiruk pikuk dunia yang serba cepat, Kamis Putih hadir sebagai pengingat kita untuk kembali pada esensi iman: kasih yang melayani. 

Kamis Putih menjadi bagian penting dalam rangkaian Tri Suci Paskah karena memuat pesan mendalam tentang kerendahan hati, pengampunan, dan kebersamaan.

Kamis Putih memperingati dua peristiwa besar dalam kehidupan Yesus. Pertama, momen Perjamuan Terakhir bersama para murid, yang menandai awal Sakramen Ekaristi. Kedua, tindakan membasuh kaki para murid sebagai simbol kerendahan hati dan pelayanan yang tulus, termasuk kepada Yudas yang kelak mengkhianati-Nya.

Pada Yohanes 13:14-15, Yesus berkata, "Jadi jikalau Aku, Tuhan dan Gurumu, membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kaki." Kalimat ini bukan sekadar ajaran, melainkan panggilan untuk meneladani.

Dalam kehidupan sehari-hari, pesan Kamis Putih dapat diterjemahkan menjadi semangat melayani tanpa pamrih. Membasuh kaki bukan hanya tindakan fisik, tetapi juga simbol keberanian untuk mengampuni, merendahkan diri, dan menghapus ego. Nilai ini menjadi semakin relevan dalam masyarakat yang kerap mengejar pengakuan dan pencapaian pribadi.

Perayaan Perjamuan Kudus di Kamis Putih juga menjadi ajakan untuk mempererat relasi, tidak hanya dengan Tuhan, tetapi juga dengan sesama. Dalam kebersamaan itulah kasih menemukan ruangnya untuk tumbuh. 

Di tengah relasi yang sering kali retak oleh kesibukan dan salah paham, Kamis Putih menawarkan jeda untuk menyapa kembali: adakah yang selama ini terlewat dari perhatian? Adakah luka yang belum dibasuh oleh pengampunan?

Refleksi: Membasuh dalam Sunyi, Melayani dalam Kasih

Dalam zaman yang mengutamakan suara keras dan kecepatan langkah, Kamis Putih menjadi ajakan untuk kembali berjalan pelan-pelan. Tidak semua bentuk kasih butuh panggung. Ada cinta yang justru bekerja dalam diam, dalam tindakan-tindakan kecil yang tak terlihat, seperti mendengarkan tanpa menghakimi atau hadir di saat seseorang merasa paling sepi.

Tindakan membasuh kaki menjadi lambang spiritualitas yang membumi. Di dalamnya terkandung pesan untuk membersihkan bukan hanya kotoran, tetapi juga prasangka, dendam, dan luka batin. Ini adalah momen untuk merawat kembali kemanusiaan yang barangkali telah letih oleh berbagai beban kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun