Hari berganti hari. Kemudian berganti lagi. Makan, kerja, pulang, olahraga, tidur, repeat.
Scroll TikTok sebentar, eh, ketemu berita koruptor yang baru ketangkep. Geser lagi, ada yang jualan skema cepat kaya. Geser lagi, ada pasangan yang lamaran.Â
Terus orang jomlo kepikiran, "Kenapa ya orang bisa pacaran? Kenapa ada yang nikah dengan mudah? Kenapa ada yang ketemu jodohnya begitu cepat, sementara aku masih sibuk mikirin makan malam selanjutnya?"
Padahal, negara ini aja masih carut-marut.Â
Harga rumah naik, pendidikan makin mahal, cari kerja susah, koruptor masih bebas wara-wiri. Di tengah ekonomi yang nggak stabil ini, siapa yang bisa menjamin masa depan? Tapi anehnya, di saat banyak orang sibuk nyari jalan instan buat sukses, ada aja yang bisa bangun hubungan.
Kok bisa, ya?
Sabtu Malam dan Pertanyaan-Pertanyaan Hidup
Ia sudah hafal pola pertanyaan klasik dari keluarga atau teman lama. Kalau bukan "Kapan nikah?" ya, "Udah ada calon belum?"Â
Seakan-akan jomlo adalah kondisi darurat yang harus segera diselesaikan. Padahal, di luar urusan asmara, masih banyak hal yang lebih mendesak. Seperti, misalnya, memikirkan bagaimana cara bertahan hidup di tengah inflasi yang terus naik.
Jujur, pasti ada segelintir perasaan iri melihat teman-teman mulai menikah atau sibuk mengurus anak. Tapi di sisi lain, ia juga sadar bahwa jadi jomlo itu bukan berarti hidupku kurang berwarna.Â