Mohon tunggu...
Tesalonika Hsg
Tesalonika Hsg Mohon Tunggu... Kompasianer 2024

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lulus Kuliah Langsung Jadi Pengangguran?

6 Februari 2025   20:02 Diperbarui: 11 Februari 2025   12:58 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fresh Graduate (Sumber: Unsplash)

Seorang lulusan baru dengan IPK 3,9, segudang sertifikasi, dan pengalaman magang di berbagai perusahaan besar mengajukan lamaran kerja. Namun, ia tetap ditolak. 

Mengapa ini bisa terjadi?

Salah satu jawabannya ada pada angka-angka yang jarang dibahas secara luas. 

Di Indonesia, 99% perusahaan adalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Sementara itu, pertumbuhan industri hanya sekitar 3,5% per tahun. Dengan kata lain, lapangan pekerjaan bertambah, tetapi tidak secepat jumlah lulusan yang dihasilkan. 

Setiap tahunnya, kampus-kampus di Indonesia melahirkan sekitar 1 juta sarjana baru, sementara industri hanya mampu menyerap sekitar 500.000 pekerja. Artinya, separuh dari fresh graduate harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan pekerjaan.

Masalah Supply dan Demand di Dunia Kerja

Kampus sering menjanjikan bahwa dengan gelar sarjana dan prestasi akademik yang tinggi, peluang kerja akan terbuka lebar. Faktanya, dunia kerja tidak berjalan seperti soal matematika yang simpel. 

Permintaan (demand) tenaga kerja lebih kecil dibandingkan dengan pasokan (supply) fresh graduate. Alhasil, kompetisi menjadi sangat ketat. Perusahaan memiliki banyak pilihan dan bisa lebih selektif dalam merekrut.

Lebih dari itu, banyak UMKM yang lebih mengutamakan keterampilan praktis dan pengalaman kerja dibandingkan nilai akademis semata. 

Perusahaan kecil hingga menengah sering kali mencari karyawan yang bisa langsung bekerja tanpa memerlukan banyak pelatihan tambahan. 

Inilah sebabnya mengapa kandidat dengan IPK tinggi, tetapi tanpa pengalaman kerja nyata yang relevan, bisa saja tersingkir oleh kandidat dengan pengalaman lebih banyak, meskipun IPK mereka lebih rendah.

Apa yang Bisa Dilakukan Fresh Graduate?

Banyak fresh graduate terjebak dalam pola pikir bahwa lowongan kerja selalu tersedia secara terbuka. Padahal, banyak peluang justru datang dari jaringan yang luas. 

Membangun koneksi dengan senior, mentor, atau komunitas profesional bisa membuka jalan menuju pekerjaan yang tidak diiklankan secara umum. Kalau mau akui, satu rekomendasi orang dalam lebih berharga daripada ratusan lamaran yang dikirim secara online.

Selain itu, dunia kerja lebih menilai keterampilan praktis dibanding sekadar IPK tinggi. Kemampuan komunikasi, problem-solving, hingga adaptabilitas menjadi nilai jual utama di banyak perusahaan. Itulah mengapa pengalaman kerja nyata, seperti magang atau proyek freelance, sering lebih menarik perhatian dibanding deretan angka di transkrip nilai.

Banyak lulusan baru juga terlalu fokus mengejar perusahaan besar, padahal startup dan UMKM menawarkan peluang berkembang yang tidak kalah menarik. Di sana, seseorang bisa belajar banyak hal sekaligus, bahkan memiliki ruang lebih besar untuk berkembang lebih cepat.

Dalam bidang seperti desain grafis, pemasaran digital, atau IT, portofolio nyata jauh lebih berharga dibanding tumpukan sertifikat. Rekam jejak karya lebih bisa membuktikan kemampuan seseorang di mata perekrut.

Terakhir, jangan gengsi memulai dari bawah. Banyak orang sukses berawal dari posisi entry-level yang mungkin terasa tidak ideal, tetapi justru menjadi batu loncatan menuju karier yang lebih besar.

Di era kompetisi ketat yang penuh dengan persaingan, IPK tinggi dan banyaknya sertifikasi memang bisa menjadi nilai tambah, tetapi bukan jaminan mutlak untuk mendapatkan pekerjaan. Industri mencari individu yang siap kerja, fleksibel, dan memiliki keterampilan yang relevan. 

Maka dari itu, bagi para fresh graduate, tantangan sesungguhnya bukan hanya sekadar mendapatkan gelar, tetapi juga mempersiapkan diri agar benar-benar siap terjun ke dunia kerja yang dinamis dan penuh persaingan. Ditambah dengan pertumbuhan AI yang makin menjamur, masakan fresh graduate yang punya segudang skill kalah dengan AI?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun