Mohon tunggu...
Yugo Tara
Yugo Tara Mohon Tunggu... Pengacara - PW

Observer

Selanjutnya

Tutup

Politik

Soal Gaya Kampanye, Belajarlah dari SBY

18 Februari 2018   14:00 Diperbarui: 22 Februari 2018   14:41 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemilihan Presiden semakin dekat. Pendaftaran untuk maju di Pilpres pun dibuka pada Agustus mendatang. Nama-nama bakal calon R1 pun kian berhembus kencang.

Diprediksi nama-nama lama masih menghiasi kontestasi RI 1 tersebut, seperti Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Terlebih dengan adanya Presidential Threshold, parpol akan menggalang kekuatan untuk memenuhi kuota penacalonan.

Di samping itu, nama-nama baru juga nyaring terdengar, seperti Agus Harimurti Yudhoyono, Anies Baswedan, dan Gatot Nurmantyo. Bahkan, Cak Imin pun sudah mendeklarasikan diri sebagai cawapres meskipun belum ada capres yang meminangnya.

Pencalonan pun erat pula kaitannya dengan gaya kampanye masing-masing petarung. Sedikit berbagi, berdasarkan hasil penyelaman di berbagai literasi dan penglihatan dalam jejak rekam para politisi, dalam gaya kampanye capres ini selaiknya kita harus berkaca pada satu nama, yakni Presiden Keenam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

SBY yang dua kali terpilih secara demokratis membawa gaya kampanye yang ia putuskan dan gagas sendiri. Ada beberapa hal yang saya cermati ketika ia berkampanye.

Pertama, SBY tidak memilih kampanye negatif, apalagi kampanye hitam. Selanjutnya, SBY tidak suka menyerang kandidat lain, apalagi yang bersifat peribadi atau pembunuhan karakter pesaing. Berikutnya, SBY ketika bukan menjadi petahana tidak pernah menyalahkan apa yang telah dilakukan oleh petahana.

Lalu, SBY juga tidak pernah mendiskreditkan siapa pun, baik sewaktu menjadi bukan petahana, atau pun telah menjadi presiden. Dalam setiap kampanyenya, SBY lebih suka bicara tentang visi dan misi sebagai presiden jika diberikan amanah dan mandat oleh rakyat. Tak lupa SBY juga memberikan solusi. Jadi, bukan hanya pepesan kosong ketika berkampanye.

Dengan gaya kampanye tersebut, SBY mendulang sukses sebagai presiden yang demokratis. SBY juga selalu membina hubungan baik dengan siapa pun, meski ia kerap diserang dengan pernyataan yang tidak mengenakkan. Bahkan, kala itu beredar seruan yang mengatakan "9 Alasan Mengapa Tidak Memilih SBY".

SBY lantas tak langsung berang perihal seruan tersebut. Ia juga tak menyerang oknum yang ingin menjatuhkan elektabilitasnya tersebut. Meski seruan itu mengatasnamakan seorang pimpinan ormas, kala itu SBY tetap yakin bahwa anggota ormas tersebut mayoritasnya tetap memberikan suara untuk SBY. Dan, ya, buktinya SBY tetap terpilih pada kontestasi berikutnya.

Para capres berikutnya selaiknya becermin dan belajar dari pengalaman SBY. Meski saat ini, ada satu nama yang dijagokan menang, namun dalam politik apa saja bisa terjadi. Kecermatan dan kesejukan SBY pada setiap lini masyarakat nyatanya membuahkan hasil. Belajarlah dari SBY.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun