Diversifikasi usaha hutan melalui Forestry Multi-Business (MUK) menambah 240 ribu pekerjaan baru, sementara inovasi bioenergi dari nira aren berpotensi menghasilkan 24 kiloliter bioetanol per hektare dan mengurangi impor BBM hingga 50 persen. Semua capaian ini menegaskan arah baru kehutanan Indonesia: menjadikan hutan bukan hanya paru-paru dunia, tetapi juga sumber ketahanan pangan, energi, dan ekonomi rakyat yang berkelanjutan.
Dalam istilah Buzan dan Hansen (2009), keamanan sejati muncul ketika negara dan masyarakat berbagi persepsi dan tanggung jawab atas ancaman yang sama. Ketika masyarakat diberi hak kelola dan manfaat atas hutan, mereka tidak hanya menjadi penerima kebijakan, tetapi juga aktor keamanan ekologis.
Ini bukan pertahanan yang eksklusif, melainkan inklusif --- membangun kekuatan dari bawah (bottom-up resilience). Di sinilah hutan tidak hanya berfungsi ekologis, tetapi juga epistemologis --- menjadi sumber pengetahuan, moralitas, dan solidaritas kebangsaan.
Dalam konteks filsafat ilmu pertahanan, langkah ini juga mencerminkan evolusi epistemologis dari hard power menuju ecological power --- kekuatan yang bersumber dari pengetahuan, tata kelola, dan harmoni manusia dengan alam.
Penulis menangkap, bahwa kebijakan kehutanan yang dipresentasikan dalam forum internasional tersebut tidak hanya menampilkan komitmen terhadap Sustainable Development Goals (SDGs), tetapi juga menunjukkan bahwa Indonesia sedang mempraktikkan teori evolusi keamanan itu sendiri: menjadikan hutan sebagai arena baru mencapai ketahanan nasional. Dalam kerangka ini, carbon economy bukan sekadar mekanisme pasar, tetapi juga strategi kedaulatan energi dan alat diplomasi hijau Indonesia di panggung global.
Dalam dunia yang semakin rapuh oleh perubahan iklim dan krisis sumber daya, maka pertahanan ekologis menjadi bagian dari strategi pertahanan total. Sebagaimana total war di abad ke-21 mungkin bukan lagi tentang menaklukkan musuh, tetapi juga menaklukkan kerentanan ekologis. Maka untuk menghadapi total war modern mungkin juga diperlukan total sustainability.
Sebagaimana diungkapkan dalam paparan "the forest is not ours to own, it is ours to protect."
Dalam kalimat ini tersirat kearifan strategis yang sepenuhnya sejalan dengan evolusi pemikiran Buzan dan Hansen (2009), bahwa keamanan nasional kini bertumpu pada kemampuan manusia menjaga kesinambungan sistem kehidupannya.
Dan di sinilah, Indonesia berdiri di garis depan, memimpin transformasi dari green policy menjadi green security, dari kebijakan kehutanan menjadi filsafat pertahanan masa depan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI