Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melacak Jejak Sejarah yang Terselip di Pulau Tuangku

31 Mei 2022   13:07 Diperbarui: 1 Juni 2022   01:13 1375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melacak Jejak Sejarah yang Terselip di Pulau Tuangku, Aceh Singkil (Dok. Pribadi) 

Tidak hanya dengan Pulau Tuangku. Ada hubungan sejarah kerajaan Pagaruyung dengan Tanah Karo melalui riwayat Kerajaan Haru.

Menurut Brahma Putro (1979), kelangkaan sumber-sumber tertulis suatu sejarah yang tua menyebabkan kebenaran dan kepastian suatu fakta akan selalu menjadi sebuah pertanyaan. Menyusun sejarah Karo, Pakpak, Simelungun, Toba, Alas, Singkel, dan Keluat, maka peranan agama Hindu tidak bisa diabaikan begitu saja

Kehidupan agama Hindu di berbagai daerah di Nusantara telah berpuluh abad berpengaruh dan diyakini. Kerajaan Pagaruyung pada awalnya juga ada kerajaan dengan corak pengaruh Hindu, sebelum akhirnya ditaklukan oleh kaum Padri dan menjadi kerajaan bercorak Islam.

Di Tanah Karo berkembang pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu, seperti kerajaan Haru Sicapah, Haru Lingga Timur Raja, Haru Wampu lebih kurang pada tahun 1225-1539 Masehi. Menurut Brahma Putro (1979), pada mulanya ada suku bangsa bernama Haru yang kemudian disebut Haro, dan akhirnya dinamai suku bangsa Karo.

Menurut penyelidikan, setelah hancurnya kerajaan Haru Wampu, kerajaan Lingga Timur Raja, dan kerajaan Haru Deli Tua pada abad ke-16 (akibat serangan bala tentara kesultanan Aceh pada tahun 1539 dan tahun 1564), maka sejak saat itu bangsa Haru pecah menjadi beberapa suku bangsa, yakni suku bangsa Karo, Simelungun, Pakpak, Alas, Gayo, Singkel, dan Keluat.

Tujuan serangan itu adalah untuk mengislamkan suku bangsa Haru penganut agama Hindu dari sekte Siwa. Penduduk suku bangsa Karo di daerah Kayo menjadi suku bangsa Kayo, kemudian menjadi Gayo, penghuni daerah Talas dinami suku bangsa Alas, yang mendiami daerah Keluat dinamai suku bangsa Keluat, dan yang mendiami sepanjang sungai Singkel dinamai suku bangsa Singkel dan semuanya masuk menjadi penganut agama Islam.

Dilansir dari laman sda.pu.go.id, sungai-sungai besar yang ada di Sumatera Utara banyak berhulu dari Tanah Karo. Di antaranya Sungai Ular, sungai Lau Seruai, sungai Lau Petani, sungai Lau Belawan, sungai Batang Serangen, sungai Lau Biang, Sungai Sei Wampu, Sungai Pelawi, dan sungau Lau Renun yang bermuara ke sungai Singkil.

Sungai Krueng Singkil merupakan salah satu sungai besar di Provinsi Aceh pada bagian Selatan -- Tenggara, melintasi beberapa kabupaten yang membentang dari Kabupaten Gayo Lues hingga ke Kabupaten Aceh Singkil dan mempunyai wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) seluas 12.500 km2.

Anak sungai yang mengalir ke sungai Krueng Singkil di antaranya Sungai Lawe Alas yang merupakan hulu sungai dari sungai Krueng Singkil, berada di Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten Aceh Tenggara. Sungai Lae Soraya (Simpang Kiri) merupakan sebutan untuk sungai Krueng Singkil bagian tengah yang berada di hilir sungai Lawe Alas.

Selanjutnya Sungai Lae Cinendang (Simpang Kanan) berada di Kabupaten Aceh Singkil, di mana bagian hulu sungainya berada di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Deskripsi ini menjadi menarik, sebab sudah umum kita ketahui bahwa jejak peradaban kerajaan-kerajaan yang hidup pada masa lampau banyak ditemukan mengikuti arah aliran sungai.

Sejalan dengan itu, menurut Brahma Putro dalam bukunya "Sejarah Karo dari Zaman ke Zaman Jilid I" (1979), wilayah kerajaan Haru Wampu mulai dari Tamiang-Aceh sampai ke sungai Rokan dan Siak-Riau, dan di bagian pedalaman mulai dari Simelungun Atas sepanjang Bukit Barisan sekarang ini, terus ke lembah Aceh Besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun