"Nggak usah pakai pilox, Pak. Nanti uang Bapak nggak cukup," katanya.
Begitu pun dengan pemilik rumah yang dindingnya akan kami jadikan kanvas untuk kreasi mural itu. Dia senang, pastinya. Dari pada seperti selama ini, dindingnya dipenuhi coretan tidak jelas dan tak mampu lagi dilarangnya.
Begitulah, singkat cerita saya menyerahkan cat tembok 12 kilogram yang dia minta. Mereka mengecatnya tanpa ada upah dengan kreasi sesuka hati mereka. Sederhana, tapi bagi saya pribadi sangat bermakna. Tidak saja karena mereka mencantumkan nama saya sebagai yang memberikan inspirasi kepada mereka.
Namun, mereka menghadirkan gambar mural terkait tiga isu aktual di tengah-tengah masyarakat kita meskipun dalam tampilan sederhana. Mereka berbicara tentang ancaman bahaya narkoba, tentang kemiskinan, dan secercah harapan di alam kemerdekaan.
Setiap kali saya melewati ruas jalan itu, saya menyadari bahwa kita semua memang membutuhkan keadilan, banyak rasa belas kasihan, dan beberapa karunia yang sebetulnya tidak pantas kita dapatkan.
Pada akhirnya, di bulan Agustus 2011 itu, kelurahan kami memang tidak menjadi pemenang. Namun, kami juga tidak mendapatkan bendera hitam sebagai yang terburuk.
Selamat hari ulang tahun kemerdekaan, temanku. Di mana pun kalian berada kini.