Pagi ini, selepas anak tangga yang terakhir saat keluar dari rubanah
Aku refleks menginjak seekor ulat bulu yang agak gemuk
Tak lama lagi ulat itu mungkin akan menjadi seekor kupu-kupu
Santo Fransiskus dari Assisi mungkin akan mengambil jalan memutar, bahkan demi menghindari rumput terinjak
Sekalipun memakan lebih banyak waktu dan jarak
Ia mungkin akan berhenti, demi menanti barisan semut melintas lewat jalannya
Bila kemarin, seorang teman yang sekarang tampak sudah lebih mirip seorang budayawan mengatakan, "Kucing adalah manusia yang pantas."
Jujur, aku merasa direndahkan pada saat itu
Padahal, temanku itu refleks mengucapkannya
Ketika kucing melintas tepat di depan tempat kami duduk-duduk
Sama halnya, dengan gerak refleks saat aku menginjak seekor ulat yang gemuk, saat melintasi anak tangga terakhir, ketika aku berjalan keluar dari rubanah
Temanku yang sekarang mirip budayawan itu, tentu saja sedikit lebih baik dari padaku
Setidaknya dia tidak membunuh kucing, apalagi membunuh sesamanya manusia
Dia hanya berdalih, bahwa kucing tidak pernah menggali kuburan massal bagi sesamanya
Kucing juga tidak pernah berkeliaran memanggul senapan dan menembaki sesamanya seenak hatinya
Hanya manusia yang mampu melakukannya
Namun, temanku itu juga tidak pernah mengatakan bahwa perlu untuk mengkucingkan manusia
Sebab manusia tetaplah manusia sebagaimana dia adanya