Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menikmati Keajaiban Seni, Menghubungi Para Seniman lewat Pameran Tunggal Sketsa

29 Februari 2020   11:26 Diperbarui: 29 Februari 2020   13:51 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rinnegan and Sharingan Eyes (sketsa: Peniel Tarigan)

Mata takjub berbinar (sketsa oleh Peniel Tarigan)
Mata takjub berbinar (sketsa oleh Peniel Tarigan)
Oppa and Umbrella (sketsa oleh Peniel Tarigan)
Oppa and Umbrella (sketsa oleh Peniel Tarigan)
Shy Girl with hat-wearing Pokemon (sketsa oleh Peniel Tarigan)
Shy Girl with hat-wearing Pokemon (sketsa oleh Peniel Tarigan)
A drop of water among of forest fires, symbol of hope in Global warming issue, a child perspective (lukisan oleh Peniel Tarigan)
A drop of water among of forest fires, symbol of hope in Global warming issue, a child perspective (lukisan oleh Peniel Tarigan)
The Valley of Karo Highland, Sinabung Mountain background (sketsa oleh Peniel Tarigan)
The Valley of Karo Highland, Sinabung Mountain background (sketsa oleh Peniel Tarigan)
The first co-creation crayon painting with Father and Son (karya bersama Teo Tarigan dan Peniel Tarigan)
The first co-creation crayon painting with Father and Son (karya bersama Teo Tarigan dan Peniel Tarigan)
Sketch of man sketching (sketsa oleh Peniel Tarigan)
Sketch of man sketching (sketsa oleh Peniel Tarigan)
A utopia trap between village and city, a kid point of view (sketsa oleh Peniel Tarigan)
A utopia trap between village and city, a kid point of view (sketsa oleh Peniel Tarigan)
Flowers infront of classroom (sketsa oleh Peniel Tarigan)
Flowers infront of classroom (sketsa oleh Peniel Tarigan)
Lonely man by riverside (sketsa oleh Peniel Tarigan)
Lonely man by riverside (sketsa oleh Peniel Tarigan)
Gaia eyes in anger (sketsa oleh Peniel Tarigan)
Gaia eyes in anger (sketsa oleh Peniel Tarigan)
Saranghae (sketsa oleh Peniel Tarigan)
Saranghae (sketsa oleh Peniel Tarigan)
Saitama (sketsa oleh Peniel Tarigan)
Saitama (sketsa oleh Peniel Tarigan)
One Punch Man (sketsa oleh Peniel Tarigan)
One Punch Man (sketsa oleh Peniel Tarigan)
Pacifier, Dummy (sketsa oleh Peniel Tarigan)
Pacifier, Dummy (sketsa oleh Peniel Tarigan)
Suatu ketika Plato pernah mengatakan bahwa "Kita bisa dengan mudah memaafkan seorang anak yang takut akan kegelapan, tragedi kehidupan yang sesungguhnya adalah ketika orang-orang takut pada cahaya". Maka, kalau memang dia menikmati waktu-waktu membuat sketsa-sketsa, barangkali memang itu cahaya masa depannya, make it as your wish boy.

Di balik semua kesedihan dalam hidup, ternyata manusia masih mampu mengekspresikan kecintaannya akan keindahan. Selene mengalami kehilangan seluruh anggota keluarganya. 

Setelah ayahnya mati dibunuh dan ibunya Cleopatra bunuh diri di Mesir, kakaknya Caesarion dan Antillus meninggal di Mesir dalam usia masih belasan tahun, serta adiknya Ptolomeus mati karena influenza dan dikuburkan di Laut Tengah dalam perjalanan pembuangan tanpa pernah mencapai Roma, dalam usia yang bahkan belum sepuluh tahun, Selene juga kehilangan saudara kembarnya, Alexander, di ulang tahunnya yang ke-15 saat ia dibunuh secara misterius di Villa Palatina.

Selene masih bisa menyembuhkan rasa pedihnya meskipun lama kemudian, melalui sketsa-sketsa terbaiknya yang tersimpan abadi pada mozaik-mozaik indah kuil Pantheon di Roma. Bahkan bersama Juba suaminya yang selanjutnya menjadi raja Mauritania, Selene bahkan merancang sendiri arsitektur kota Caesarea sebagai ibu kota kerajaan, yang dipandang hampir menyerupai Alexandria, ibu kota kerajaan Mesir tanah kelahirannya dulu.

Bukan mengharapkan keajaiban terjadi, namun setelah membagikan 16 sketsa dan lukisan pensil maupun krayon anak usia 11 tahun ini ke Instagram, saya pun terhubung ke puluhan seniman dan penikmat seni, baik sketsa, arsitektur, desainer interior maupun fotografer dari berbagai belahan dunia. 

Lebih beruntung dibanding Selene, hari ini Peniel (nama anak saya itu), bisa melakukan pameran tunggal karya sketsa dan beberapa lukisan crayonnya, karena ada media sejenis Kompasiana. Terimakasih.

Bukan tidak mungkin sebagian dari mereka, para seniman yang terhubungi tanpa sengaja lewat media, ada yang nenek buyutnya adalah keturunan Selene maupun Vitruvius. Beberapa memang ada dari India, Rusia, Mexico, Panama, Amerika, dan tempat-tempat lainnya. Siapa tahu?

Referensi:
Michelle Moran, Selene, Penerbit Esensi, Jakarta: 2009

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun