Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Betul Kok! Ada Evolusi? Hmhmhm...

2 September 2019   15:16 Diperbarui: 3 September 2019   00:32 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukankah sedikit menyeramkan bila kita tahu bahwa kita setiap hari diincar sebagai mangsa, sebagai makanan, dibawah bayang-bayang pertanyaan "Hari ini, siapa atau apa yang akan memakanku?"

Ini bukan pertanyaan yang muncul dari pertentangan antara konsep Idealisme Hegel dengan Materialisme Karl Marx, karena ini hanyalah tulisan soal rasa, maka tidak ada kewajiban mengungkapkan data.

Pada Kamis, 22 Agustus yang lalu, saya mengantar bapak ke Sukamakmur, karena besoknya dia akan berangkat ke Palangkaraya untuk sebuah urusan. Itu perjalanan yang tidak ada hubungannya dengan pemindahan ibu kota negara. Berangkat pukul 17:30 wib dari Kabanjahe, kami sampai di Sukamakmur pukul 19:00 wib. Itu adalah sebuah perjalanan yang santai, karena kami banyak mengobrol sepanjang jalan, dan kamipun sempat singgah sebentar di rumah makan pinggir jalan untuk makan malam.

Setelah men-drop-nya di penginapan, pukul 19:30 wib aku berangkat kembali pulang ke Kabanjahe. Perjalalanan pulang dari Sukamakmur kali ini, saya ditemani oleh seorang pendeta yang sudah berumur. Sebenarnya pendeta ini sudah ada di kota Berastagi pada pukul 17:00 wib yang lalu. Namun, ia kembali ke Sukamakmur karena jaketnya ketinggalan di sana. Ia kembali untuk mengambil jaket itu, menempuh perjalanan kembali selama sekitar satu jam hanya untuk jaketnya yang ketinggalan. Sebenarnya ia sedang menunggu tumpangan mobil lewat atau angkutan umum untuk pulang ke rumahnya di Berastagi, tapi sudah sekian lama menunggu belum ada yang lewat selain saya, maka dia menumpang dengan saya.

Sebelumnya, dia mengikuti sebuah acara sudah sejak hampir seminggu yang lalu di tempat ini. Tempat ini adalah sebuah retreat center, sebuah tempat untuk berefleksi, untuk merenung, bermeditasi, atau apa pun namanya yang berarti menarik diri dari rutinitas yang melelahkan untuk memberi kesegaran baru bagi jiwa maupun raga.

Perjalanan dari Sukamakmur ke Berastagi, tepatnya ke sebuah rumah pastori, yang merupakan rumah bagi pelayan di sebuah jemaat gereja tempat pak Pendeta ini melayani, kami tempuh lebih kurang 45 menit, sedikit lebih cepat dari perjalanan saat saya datang tadi sore. Selama perjalanan, hampir aku yang selalu mendominasi pembicaraan. Pendeta ini sedikit sekali berbicara. Ia hanya sesekali menimpali dengan gumaman: "Hmhmhm."

Pertanyaan awalku membuka percakapan: "Bagaimana menurut para jemaat yang Pak Pendeta layani mengenai kinerja pemerintah kita saat ini, Pak?"

Jawabnya: "Yah, masyarakat kan paling merasa perlu bagaimana bisa lebih mudah mencari makan. Itulah yang dirasakan masyarakat masih sangat kurang terasa dari pemerintah saat ini."

Seterusnya, blablabla..., hanya saya yang tetap mengoceh sepanjang perjalanan.

Saat tiba di Kota Berastagi, saya menanyakan apakah ia merasa lapar dan mau mencari makan malam. Saya sendiri sebenarnya sudah makan pada pukul 18:30 wib tadi. Makanya sengaja menunggu barang satu jam lagi baru bertanya soal makan malam, karena kalau seandainya akan ikut makan lagipun sudah ada ruang yang cukup di lambung untuk saya ikut makan lagi. Oh, walaupun tidak seseram Jeepers Creepers, namun ada kepentingan diri pribadi dibalik soal makanan di antara kami, memang.

Tapi pak Pendeta bilang bahwa ia belum lapar dan nanti akan makan malam di rumah saja. Dari titik tempat saya bertanya terakir kali soal makanan ini, masih ada waktu perjalanan sekitar 30 menit untuk sampai di rumah pastori, tempat kediamannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun