Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Merayakan Toleransi dan Multikulturalisme Indonesia dalam Saling Memaafkan

6 Juni 2019   00:52 Diperbarui: 6 Juni 2019   00:56 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: Raphaela Berlian (facebook.com)

Sementara itu, multikulturalisme telah berkembang dari akar-akar liberal. Multikulturalisme mempertahankan agar pluralitas cara hidup yang berbeda harus ditoleransi atau bahkan didorong, asalkan tidak merugikan atau mengganggu orang lain. 

Tetapi multikulturalisme secara tegas telah menolak pandangan asimilatif mengenai kesetaraan sebagai kesamaan. Sabaliknya, multikulturalisme telah bertindak sebagai pelopor dari apa yang disebut sebagai "politik identitas" yang telah mentransformasi area-area lain dari aktivisme politik. Contoh dalam hal ini adalah, etnis minoritas, termasuk kaum imigran, kini menuntut agar budaya dan nilai-nilai asli mereka diberikan pengakuan yang sama dan diizinkan untuk mengekspresikan diri mereka dalam kebenaran dan istilah-istilah mereka sendiri. 

Bagaimanapun, hal ini menimbulkan keraguan tentang peran masyarakat tuan rumah yang liberal sebagai sebuah matriks netral tempat adat-istiadat asing dapat ditanam. Setidaknya, tuan rumah harus menampilkan tingkat toleransi bahwa sebagian pendatang baru mungkin ingin menolak. 

Jika multikulturalisme menyatakan secara tidak langsung tingkat relativisme budaya yang mencegah penilaian terhadap praktik-praktik kaum minoritas, tuan rumah yang liberal mungkin mendapati dirinya terpanggil untuk melindungi berbagai kebiasaan. Ketegangan-ketegangan seperti itu pada inti liberalisme tertentu memberikan alarm dan kecemasan di antara unsur-unsur yang membentuk masyarakat multikultural modern.

Alasan kedua manusia perlu saling memaafkan, adalah adanya perasaan terluka meski tidak kentara dalam sebuah hubungan setara tapi tak sama. Inipun adalah salah satu isu yang paling mendesak di abad ini.

Menjadi berbeda tidak harus mengalami sebuah integrasi terpaksa, sebagaimana metafora melting pot, dimana adat-istiadat dan identitas asli yang beragam saat turut dibawa bermigrasi akan diserap ke dalam eksistensi budaya baru tuan rumah yang mendominasi. 

Apa salahnya diversitas suku bangsa, budaya dan agama dipelihara dan dirayakan, sekaligus saling memperkaya dan memperkuat diri ketika membaur bersama dalam metafor salad bowl, tempat dimana efek keseluruhan percampuran dicapai oleh bagian-bagian atau bahan-bahan yang memelihara karakter atau selera asli mereka?

Jamuan lebaran khas Sragen di kediaman mas Demian Maulana di Tanah Karo. Selamat hari raya idul fitri, mohon maaf lahir dan bathin/Dokpri
Jamuan lebaran khas Sragen di kediaman mas Demian Maulana di Tanah Karo. Selamat hari raya idul fitri, mohon maaf lahir dan bathin/Dokpri

Dalam momen hari raya idul fitri, ungkapan permohon maaf lahir dan batin menjadi sangat relevan dalam upaya menikmati ke-Indonesia-an. Toleransi dan multikulturalime adalah berkah sekaligus ujian.Setiap luka, baik yang timbul dalam tindakan dan ucapan perlu disembuhkan dengan sikap saling memaafkan, maaf lahir dan batin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun