Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Pesan Moral Pak Tong di Hari Buku, Memandang Promiskuitas dalam Negeri Lintasan Petir

24 April 2019   11:12 Diperbarui: 24 April 2019   11:24 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada novel itu, digambarkan bagaimana Promiskuitas terjadi banyak dalam kehidupan orang-orang yang berlatar belakang kehidupan "baik." Dalam bahasa penulis, hubungan cinta satu malam yang sudah biasa terjadi diantara manusia-manusia dari latar belakang kehidupan  yang baik itu terkesan tidak menjadi masalah dan dipandang biasa saja, katanya hanya karena orang-orang itu seolah masih beruntung dikaruniai kemampuan bersenandung untuk melawan hadirnya berbagai kepedihan.

Dalam ceramahnya, Pak Tong menyinggung tentang pendapat Soren Kierkegaard. Ada satu kata bijak dari Soren Kierkegaard yang menarik sehubungan dengan perjuangan mengubah arah kepada Tuhan dalam peradaban yang bising, katanya:

"I found I had less and less to say, until finally, I became silent, and began to listen. I discovered in the silence, the voice of God."

Lagi katanya: "People demand freedom of speech as a compensation for the freedom of thought which they seldom use."

Kita memang perlu mendiamkan diri kita, agar bisa lebih banyak mendengar dan berpikir, hingga kita bisa mendengarkan suara Tuhan.

Soren Kierkegaard (1813-1855), seorang religius dan filsuf dari Denmark, walaupun lebih senang menganggap dirinya sebagai anti-filsuf, ia dianggap sebagai bapa filsafat eksistensialisme pada abad ke-19. Pada masanya, ia menentang kemapanan formalitas hampa dari gereja-gereja di Denmark.

Kierkegaard membagi tahap kesadaran dalam hidup manusia ke dalam tiga tingkatan; pertama, tahap estetika (bersenang-senang, menikmati segala sesuatu yang indah menurut indra dan akal), kedua, tahap etika (pilihan-pilihan yang kuat tentang sikap moral dalam hidup), dan ketiga, tahap religius.

Sama halnya dengan Kierkegaard yang menempatkan religiousitas pada tahap yang tertinggi, Fyodor Dostoyevsky, seorang sastrawan terbesar Rusia di abad ke-20, yang kadang-kadang juga dianggap sebagai pendiri eksistensialisme, dalam keadaan dan keputusasaan yang ekstrem, akhirnya mengalami titik balik dalam hidupnya. Ia, Dostoyevsky, meninggalkan gagasan-gagasan idealnya semula dan menjadi seorang Kristen yang menentang keras nihilisme serta sosialisme ateis.

Hidup memang penuh ironi dan kenyataan paradoks. Dalam kisah hidupnya, Dostoyevsky yang dikaruniai kedalaman akal guna menjelaskan tentang eksistensi manusia, justru pernah jatuh dalam kecanduan minuman keras dan judi. Oleh karena kelakuan buruknya, ia pernah jadi orang melarat, dikejar-kejar kreditur, hingga menjadi putus asa.

Kemudian, dalam usia tuanya, ia bertemu dengan Anna Grigorevna, seorang stenograf berusia 20 tahun, yang akhirnya dinikahinya pada tahun 1867. Periode ini merupakan masa penulisan buku-bukunya yang terbesar. Dostoyevsky mendiktekan narasi dalam keadaan fisiknya yang melemah, sementara itu Anna yang mengetikkan naskah untuknya.

Dari tahun 1873 hingga 1881, Dostoyevsky membalas kegagalan-kegagalan kepenulisannya pada masa lalu dengan menerbitkan sebuah jurnal bulanan penuh dengan cerita pendek, sketsa, dan artikel tentang berbagai peristiwa, Buku Harian Pengarang. Jurnal itu merupakan kisah sukses yang besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun