Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Reuni Bukan Sekadar Temu Kangen?

2 Januari 2019   17:06 Diperbarui: 2 Januari 2019   17:26 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Temu Kangen KBS 98/01 yang pertama pada 29 Desember 2017 (dokpri)

Kembali, penting atau tidaknya sebuah reuni, ada atau tidak ada rasa kangen, adalah sesuatu yang khusus yang maknanya tergantung kepada siapa dan bagaimana ia memandang dirinya dan hubungannya dengan orang-orang, serta berbagai peristiwa yang terjadi disekitar kehidupannya dalam sebuah perjalanan waktu. 

Namun, seiring waktu yang berubah dan kita yang ikut berubah di dalamnya, maka kita perlu mencermati pentingnya untuk menjaga sebuah hubungan sebagai makhluk sosial, karena kita hidup bersama di bumi yang sama dengan satu matahari di bawah langit yang sama, dengan berbagai persoalan hidup yang melingkupinya. Maka, reuni memang tidak cukup menjadi sekedar temu kangen.

Andrias Harefa mengutip Roger Konopasek dalam bukunya Sekolah Saja Tidak Pernah Cukup: "bahwa saat reuni sekolah, setelah sekian lama tak bertemu, menarik sekali mendapati bahwa orang-orang yang tak terlalu sukses di kelas justru lebih sukses dalam hidup. Mereka datang dengan pesawat kelas satu atau mengendarai sedan mewah, sementara jago-jago kelas datang dengan tiket kelas ekonomi atau mobil keluarga dan mengeluhkan sakit pinggangnya. Prestasi akademik hanya baik di kelas, tetapi bisa amat merugikan untuk berlaga dalam kehidupan nyata."

Kalau harta dan kekayaan yang menjadi ukurannya mungkin Roger benar, karena kita belajar bukan untuk sekolah tapi untuk hidup. Waktu berubah dan pengetahuan tidak cukup untuk sekedar mencari kebenaran demi kebenaran itu sendiri tanpa kegunaan untuk menghasilkan sesuatu yang mencukupkan kebutuhan.

Pertemuan Pembentukan KBS 98/01 pada 18 Agustus 2017 (dokpri)
Pertemuan Pembentukan KBS 98/01 pada 18 Agustus 2017 (dokpri)
Menyadari hal tersebut, maka kita para alumni SMU Negeri 1 Kabanjahe (disingkat SMUNSAKA), yang masuk pada tahun 1998 dan lulus tahun 2001, bersepakat untuk membentuk sebuah wadah reuni yang tidak sekedar melaksanakan temu kangen, yang kita sebut Keluarga Besar SMUNSAKA 98/01 (disingkat KBS 98/01), pada tanggal 18 Agustus 2017 yang lalu.

Pemilihan tanggal pembentukan ini sendiri bukan disengaja, hanya sebuah kebetulan yang menarik. Di sini, momen perayaan HUT RI pada setiap tanggal 17 Agustus adalah sebuah momen yang betul-betul menjadi pesta rakyat. Masyarakat dari hampir seluruh desa di Kabupaten ini tumpah ruah memenuhi jalan-jalan di Kabanjahe, ibu kota Kabupaten, untuk bersama-sama menyaksikan sebuah parade tahunan perayaan hari kemerdekaan dari berbagai kontingen barisan peserta upacara yang berpawai keliling kota Kabanjahe. 

Sehubungan dengan itu, banyak juga orang-orang yang berasal dari Kabanjahe, namun kini berdomisili di luar Kabanjahe, turut pulang ke Kabanjahe menikmati sensasi fenomena Agustusan ini, termasuk para alumni SMUNSAKA 98/01. Maka dipilihlah tanggal 18 Agustus 2017 itu sebagai hari pertemuan dengan asumsi bahwa kemungkinan banyak alumni yang bisa ikut bertemu merencanakan wadah ini. 

Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, tanggal ini sendiri adalah sebuah momen bersejarah, dimana pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melaksanakan sidangnya untuk mengesahkan UUD 1945, serta memilih dan menetapkan Soekarno dan Mohammad Hatta sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia.

Dalam perjalanannya, kita yang bergabung dalam KBS 98/01 memandang bahwa kehadiran sebuah organisasi yang modern adalah hal yang penting. Sejarah perjuangan bangsa ini juga menunjukkan bahwa perlawanan bersenjata dalam mengusir penjajah bukan tidak penting, namun mempunyai keterbatasan. 

Penjajah biasanya mempunyai kekuatan yang lebih besar, makanya mereka berani menjajah. Kekuatan tidak selalu berkaitan dengan jumlah atau ukuran. Sejarah mencatat bahwa Belanda yang adalah sebuah negara kecil dengan jumlah penduduk yang tidak lebih banyak dari rakyat Pulau Jawa pada masa itu, ternyata mampu menjajah dan mengeruk kekayaan nusantara yang pernah jaya pada masa Majapahit dan Sriwijaya, dalam waktu yang tidak singkat, tiga ratus lima puluh tahun. Kenapa bisa terjadi?

Kegiatan Family Gathering KBS 98/01 di Alam Terbuka Simempar, Agustus 2018 (dokpri)
Kegiatan Family Gathering KBS 98/01 di Alam Terbuka Simempar, Agustus 2018 (dokpri)
Belanda datang dengan peradabannya yang modern, pengetahuan menjadi sumber dayanya yang utama, prinsip-prinsip hidup mereka pegang dengan teguh, bertemu dengan rakyat nusantara yang hidup dalam pikiran-pikiran mistik, klenik, ewuh pakewuh yang sangat kental dalam hubungan antara gusti dengan kawula, penguasa dan rakyat jelata. Titah raja adalah hukum karena ia keturunan dewa. Kita yang besar namun sempoyongan, dikalahkan oleh Belanda yang kecil namun teguh memegang prinsip.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun