Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lima Tahun Gerakan Revolusi Mental

31 Agustus 2020   17:50 Diperbarui: 1 September 2020   08:38 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo bersiap memimpin rapat terbatas (ratas) di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (7/7/2020). Ratas tersebut membahas percepatan pembangunan program strategis nasional Jalan Tol Sumatera dan Tol Cisumdawu (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Ini menjadi sebuah gebrakan atau terobosan yang perlu dirawat secara kontinyu untuk menantang dan merubah status quo sehingga terjadi perubahan mind set secara menyeluruh.

Ia seperti tombol restart, yang membuat pikiran dan perilaku kolektif tidak lagi terkooptasi oleh paradigma lama yang distortif.

Tetapi diharapkan memberikan suatu lompatan kepada suatu perubahan yang baru dan berbeda dari pola tindakan dan pola pikir sebelumnya.

Sejak pusat hingga daerah bahkan desa, telah mereformasi diri bahkan melakukan Revolusi Mental yang diawali dengan adanya seleksi terbuka, percepatan pelayanan prima, PTSP, handle com-plain, Lapor Gub, Bupati/Walikota bahkan Kades dan inovasi lainnya.

Orientasi revolusi mental adalah merawat dan mengejawantahkan etos kerja, integritas dan gotong royong, sebagai pilar-pilar sikap hidup untuk berbuat serta membangun bangsa yang berkepribadian Pancasila.

Dalam konteks ini, setiap pemda maupun pemdes telah dan akan terus menginisiasi melakukan gerakan itu, dimulai dari jajaran Aparatur Sipil Negara (ASN), hingga Kades dan perangkat desanya diharapkan mampu menjadi teladan serta sebagai mata rantai reformasi birokrasi.

Pelayanan publik wajib kita optimalkan menjadi sebuah pelayanan yang baik, cepat, mudah, murah dan ramah, serta bersih, akuntabel dan transparan. Ini ukuran yang jelas.

Nah kalau kemudian masyarakat masih banyak yang protes atas pelayanan publik, berarti revolusi mental belum berjalan secara baik.

Basis pelayanan bukan hanya untuk pegawainya atau perangkat desa yang langsung berhadapan dan memberikan pelayanan kepada rakyat.

Tetapi juga bagi pegawai yang tupoksinya tidak langsung bersentuhan dengan pelayanan publik. Seperti di Sekretariat.

Jadi ketika ada tamu yang datang, siapapun dia, maka harus diberikan pelayanan yang baik dan ramah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun