Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lima Tahun Gerakan Revolusi Mental

31 Agustus 2020   17:50 Diperbarui: 1 September 2020   08:38 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo bersiap memimpin rapat terbatas (ratas) di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (7/7/2020). Ratas tersebut membahas percepatan pembangunan program strategis nasional Jalan Tol Sumatera dan Tol Cisumdawu (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Indonesia sudah beberapa waktu lama terkontaminasi praktik-praktik yang tidak jujur dan bertanggung jawab dalam menghela roda pembangunan bangsa, sehingga acap kehilangan nilai-nilai integritas.

Dalam bidang perekonomian, Indonesia masih harus berlari kencang mengejar negara-negara lain, karena itu penting menguatkan etos kerja, daya juang, daya saing, semangat mandiri, kreatifitas dan semangat inovatif.

Sebagai bangsa, Indonesia tak boleh luntur identitasnya, yaitu bangsa Indonesia mempunyai karakter yang kuat, semangat gotong royong, dan saling bekerja sama.

Revolusi Mental pertama kali dicetuskan Presiden RI, Ir. Soekarno, dalam pidato kenegaraan memperingati Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1957, yang kemudian dikenal dengan sebutan Tri Sakti. Berdaulat secara politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan.

Selanjutnya, pasca terpilih Presiden Pak Jokowi menerbitkan Inpres Nomor 12 Tahun 2016 tentang Gerakan Nasional Revolusi Mental yang ditandatangani pada Desember 2016 

Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla telah mencanangkan program "Nawa Cita", dimana dalam Nawa Cita ke 8 revolusi karakter bangsa dipandang penting dan harus segera dilaksanakan guna menjawab tuntutan masyarakat".


Meski sudah lima tahun dan gemanya ada di mana-mana, revolusi mental belum sepenuhnya dipahami dengan baik oleh masyarakat. Tanyakan pada siapa saja, anak-anak kecil hingga orang dewasa, petani, buruh, pengusaha, guru, siswa, mahasiswa semua tentu pernah mendengar revolusi Mental.

Tetapi apakah mereka tahu secara persis. Belum tentu. Dan kemudian apakah masyarakat juga sudah melakukan dan mera-sakan manfaat dari gerakan ini ? Belum sepenuhnya.

Bagi penulis kata kunci revolusi mental adalah perubahan secara cepat dan harus luar biasa. Semua bisa berubah kearah yang lebih baik dan memberikan kebermanfaatan luar biasa bagi masyarakat, bangsa dan negara. Revolusi Mental adalah Perubahan dalam kesatuan terhadap pola pikir, ucapan dan tindakan.

Jadi, hari ini yang penting untuk dilakukan adalah bagaimana kita mampu berkarya nyata dan berbuat baik di lingkungan masing-masing serta menjadi teladan bagi lingkungan masyarakat sekitarnya.

Dengan Revolusi mental sama halnya kita bergerak menuju perubahan substansial, bukan suatu operasi tambal sulam.

Ini menjadi sebuah gebrakan atau terobosan yang perlu dirawat secara kontinyu untuk menantang dan merubah status quo sehingga terjadi perubahan mind set secara menyeluruh.

Ia seperti tombol restart, yang membuat pikiran dan perilaku kolektif tidak lagi terkooptasi oleh paradigma lama yang distortif.

Tetapi diharapkan memberikan suatu lompatan kepada suatu perubahan yang baru dan berbeda dari pola tindakan dan pola pikir sebelumnya.

Sejak pusat hingga daerah bahkan desa, telah mereformasi diri bahkan melakukan Revolusi Mental yang diawali dengan adanya seleksi terbuka, percepatan pelayanan prima, PTSP, handle com-plain, Lapor Gub, Bupati/Walikota bahkan Kades dan inovasi lainnya.

Orientasi revolusi mental adalah merawat dan mengejawantahkan etos kerja, integritas dan gotong royong, sebagai pilar-pilar sikap hidup untuk berbuat serta membangun bangsa yang berkepribadian Pancasila.

Dalam konteks ini, setiap pemda maupun pemdes telah dan akan terus menginisiasi melakukan gerakan itu, dimulai dari jajaran Aparatur Sipil Negara (ASN), hingga Kades dan perangkat desanya diharapkan mampu menjadi teladan serta sebagai mata rantai reformasi birokrasi.

Pelayanan publik wajib kita optimalkan menjadi sebuah pelayanan yang baik, cepat, mudah, murah dan ramah, serta bersih, akuntabel dan transparan. Ini ukuran yang jelas.

Nah kalau kemudian masyarakat masih banyak yang protes atas pelayanan publik, berarti revolusi mental belum berjalan secara baik.

Basis pelayanan bukan hanya untuk pegawainya atau perangkat desa yang langsung berhadapan dan memberikan pelayanan kepada rakyat.

Tetapi juga bagi pegawai yang tupoksinya tidak langsung bersentuhan dengan pelayanan publik. Seperti di Sekretariat.

Jadi ketika ada tamu yang datang, siapapun dia, maka harus diberikan pelayanan yang baik dan ramah.

Jajaran pemerintah juga membuka kanal-kanal komunikasi dan informasi di media kepada masyarakat. Kita berikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk melaporkan, meng-informasikan, memberikan masukan dan menyampaikan keluhan melalui kanal-kanal ini. 

Siapapun disilakan memberikan kritik, saran, solusi, atau mengadu kepada kepala daerah maupun kepala desa melalui call center' SMS, twitter, facebook website atau dengan cara berjumpa langsung. Ini prinsip keterlibatan dan kegotong royongan dalam pembangunan.

Melampaui Angka 5

Kita dayagunakan selalu IT dalam pelayanan publik, termasuk tata kelola pemerintahan dan kegiatan pembangunan.

Ini bisa menjadi semacam budaya kontrol terhadap kerja birokrasi di Jateng. Transparan (keterbukaan) tidak berarti keterlanjangan. Tentu ada batasan yakni regulasi dan peraturan yang berlaku.

Namun yang lebih penting adalah integritas melaksanakan tugas. Berani jujur itu keren menjadi pedoman bagi kita dalam kinerja pelaksanaan tugas sehari-hari.

Membangun integritas telah kita lakukan melalui penandatangan pakta integritas. Ini bukan sekedar tanda tangan di atas kertas.

Tetapi sudah dimulai dengan membangun komite integritas. Lalu dari komite ini kita bisa membangun tunas integritas yaitu orang-orang yang ingin dan berusaha menjadi baik, serta saling memberi contoh dan mengingatkan.

Kita intens melakukan sosialisasi, penyadaran dan pemahaman secara komprehensif tentang Revolusi Mental hingga aksi dan keteladanan. Yang membanggakan kita ternyata ada sebagian masyarakat Jateng juga berinisiatif dan berpartisipasi dalam mendukung model atau gerakan ini lewat caranya masing-masing.

Seperti beberapa tokoh masyarakat mendeklarasikan gerakan-gerakan serupa. Bahkan mereka telah menyepakati agar gerakan ini selalu dipraktikkan secara menyeluruh, masif dan sinergis antar maupun inter berbagai pemangku kepentingan dengan fokus agendanya tertib, melayani dan bersih.

Namun pelaksanaan revolusi mental tidak cukup hanya dengan sosialisasi dan himbauan saja. Revolusi Mental butuh suatu konstruksi operasional yang jelas. Tanpa konstruksi implementasi, inisiatif revolusi mental akan kehilangan momentum dan kejelasan aksi.

Pembekalan para kader gerkan-gerakan revolusi mental perlu direaktifasi, dan menularkan nilai-nilai yang telah diterima kepada rekan-rekan di lingkungan kerja dan lingkungan tempat tinggalnya. Merekalah ujung tombak untuk merawat pelayanan publik di yang baik, dan motor perubahan untuk memperbaiki segala sesuatunya yang masih kurang.

Sebagai sebuah tugas sejarah, jejaring gerakan ini harus terus dikembangkan ke semua lembaga negara dan masyarakat agar menjadi sebuah gerakan bersama seluruh elemen bangsa.

Mar secara bersama mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat, jasmani dan rohani serta hidup tertib terutama diruang publik dalam kehidupan sehari-hari.

Kita terus bergerak untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Semua harus siap dan berani berubah menuju perbaikan di semua lini kehidupan. Dan kaum muda siap menjadi pendorong, perintis, juga pelopor gerakan luhur ini.

Lima tahun gerakan revolusi mental, dalam doa dan ikhtiar kita seluruh bangsa Indonesia, semoga semakin berkurang angka korupsi, gratifikasi dan pungli, pelayanan public lebih bagus, pandemik segera paripurna, demokrasi kita tambah baik, pendidikan kita kian bermutu, dll.

Semoga gerakan ini tak sekadar angka lima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun