Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Cara Lain Mengingatkan Koruptor

15 Juni 2020   14:48 Diperbarui: 16 Juni 2020   12:31 978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi koruptor. (sumber: KOMPAS/Supriyanto)

Ada tiga hal the fraud triangle yang mendorong terjadinya fraud (kecurangan). Yakni, opportunity (situasi yang diciptakan untuk membuka kesempatan melakukan kecurangan), pressure (tekanan untuk melakukan korupsi), dan rationalization (ada sikap, karakter atau serangkaian nilai-nilai yang "membolehkan" untuk melakukan tindakan tidak jujur).

Sebagai seorang ASN, tidak memungkiri tiga kecurangan itu sering dialami. Maka butuh integritas yang tinggi untuk tidak terjebak pada godaan. ASN yang anti korupsi, gratifikasi dan pungli. Ironi.

Praktik penyimpangan ini dilakukan mereka yang punya stempel terpelajar atau intelek. Mereka tahu dan paham betul aturan mainnya, tapi mungkin mereka juga lebih tahu cara menyelinap dan mengambil dana untuk memuaskan diri dan kelompoknya.

Nurhadi, dkk itu bisa sesekali dikasih nukilan buku, "Korupsi dalam Silang Sejarah Indonesia," karya Sejarawan Inggris Peter Carey. 

Dikisahkan, Pangeran Diponegoro marah besar. Dengan selopnya dia menampar wajah Danurejo IV, Patih Yogyakarta saat itu. Tindakan keras Diponegoro yang membuat keluarga kerajaan kaget itu karena Danurejo korupsi dalam hal penyewaan lahan kerajaan pada orang Eropa.

Lalu, mengapa koruptor baru selalu lahir meski ancaman hukuman denda dan penjara mengintai. Barangkali fenomena banyaknya pelaku korupsi mengindikasikan ringkihnya mental pelaku plus bakal dimiskinkan lagi. Apakah perlu koruptor itu kita ajak membaca cerpen perihal orang miskin yang bahagia dari Agus Noor?

"Aku sudah resmi jadi orang miskin," katanya, sambil memperlihatkan Kartu Tanda Miskin, yang baru diperolehnya dari kelurahan. "Lega rasanya, karena setelah bertahun-tahun hidup miskin, akhirnya mendapat pengakuan juga."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun