Ada tiga hal the fraud triangle yang mendorong terjadinya fraud (kecurangan). Yakni, opportunity (situasi yang diciptakan untuk membuka kesempatan melakukan kecurangan), pressure (tekanan untuk melakukan korupsi), dan rationalization (ada sikap, karakter atau serangkaian nilai-nilai yang "membolehkan" untuk melakukan tindakan tidak jujur).
Sebagai seorang ASN, tidak memungkiri tiga kecurangan itu sering dialami. Maka butuh integritas yang tinggi untuk tidak terjebak pada godaan. ASN yang anti korupsi, gratifikasi dan pungli. Ironi.
Praktik penyimpangan ini dilakukan mereka yang punya stempel terpelajar atau intelek. Mereka tahu dan paham betul aturan mainnya, tapi mungkin mereka juga lebih tahu cara menyelinap dan mengambil dana untuk memuaskan diri dan kelompoknya.
Nurhadi, dkk itu bisa sesekali dikasih nukilan buku, "Korupsi dalam Silang Sejarah Indonesia," karya Sejarawan Inggris Peter Carey.Â
Dikisahkan, Pangeran Diponegoro marah besar. Dengan selopnya dia menampar wajah Danurejo IV, Patih Yogyakarta saat itu. Tindakan keras Diponegoro yang membuat keluarga kerajaan kaget itu karena Danurejo korupsi dalam hal penyewaan lahan kerajaan pada orang Eropa.
Lalu, mengapa koruptor baru selalu lahir meski ancaman hukuman denda dan penjara mengintai. Barangkali fenomena banyaknya pelaku korupsi mengindikasikan ringkihnya mental pelaku plus bakal dimiskinkan lagi. Apakah perlu koruptor itu kita ajak membaca cerpen perihal orang miskin yang bahagia dari Agus Noor?
"Aku sudah resmi jadi orang miskin," katanya, sambil memperlihatkan Kartu Tanda Miskin, yang baru diperolehnya dari kelurahan. "Lega rasanya, karena setelah bertahun-tahun hidup miskin, akhirnya mendapat pengakuan juga."