Mohon tunggu...
Temonsky
Temonsky Mohon Tunggu... Orang Senang

Semua hal-hal baik.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Presiden Prabowo dan Cahaya Perdamaian dari Sharm El-Sheikh

14 Oktober 2025   14:03 Diperbarui: 14 Oktober 2025   14:03 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.presidenri.go.id/siaran-pers/hadiri-ktt-perdamaian-sharm-el-sheikh-presiden-prabowo-saksikan-penandatanganan-perjanjian-perdamaian-dan-pen

Di tengah dunia yang masih diselimuti kabut konflik dan kepentingan, Indonesia kembali menyalakan lentera perdamaian. Dari Sharm El-Sheikh, Mesir, pada Senin, 13 Oktober 2025, Presiden Prabowo Subianto hadir sebagai saksi sejarah, menyaksikan penandatanganan perjanjian perdamaian dan penghentian perang di Gaza. Namun kehadirannya bukan sekadar simbol diplomatik; ia adalah wujud nyata komitmen Indonesia untuk menegakkan kemanusiaan di atas segalanya.

Di International Congress Centre, Prabowo disambut hangat oleh Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi, sebelum bergabung dengan para pemimpin dunia. Suasana penuh harapan itu menghadirkan pesan kuat: dunia masih percaya pada diplomasi, dan Indonesia masih dipercaya untuk berdiri di tengah, sebagai penyejuk di antara panasnya bara konflik.

Ketika Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Emir Qatar Syekh Tamim bin Hamad Al Thani, dan Presiden El-Sisi membubuhkan tanda tangan di atas dokumen perdamaian, dunia seakan menarik napas lega. Dari balik deretan kursi para saksi, Presiden Prabowo menyimak prosesi itu dengan penuh perhatian. Di matanya terpancar kesungguhan, sebuah kesadaran bahwa perdamaian bukanlah hadiah, melainkan hasil dari keberanian dan niat tulus umat manusia untuk berdamai.

Kehadiran Indonesia di forum tertinggi itu bukan hal kecil. Ia adalah gema dari pesan abadi Bung Karno di Konferensi Asia Afrika 1955: bahwa kemerdekaan dan perdamaian adalah hak setiap bangsa. Kini, tujuh puluh tahun kemudian, di bawah kepemimpinan Prabowo, semangat itu kembali bersinar. Indonesia tidak lagi sekadar penonton dalam geopolitik global, melainkan bagian dari suara moral dunia yang menyerukan keadilan dan kemanusiaan.

Momen saat Presiden Prabowo berdiri sejajar dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Wakil Presiden Uni Emirat Arab Syekh Mansour bin Zayed Al Nahyan dalam sesi foto bersama, menjadi simbol tersendiri. Di tengah para pemimpin dari berbagai ideologi dan kepentingan, Indonesia berdiri tegak, bebas, aktif, dan dihormati. Dunia melihat, dan dunia mengakui: suara Indonesia adalah suara keseimbangan, suara nurani.

Langkah Prabowo di Sharm El-Sheikh menegaskan bahwa kekuatan sejati sebuah bangsa tidak terletak pada senjata atau ekonomi semata, melainkan pada keberanian moral untuk memperjuangkan kebenaran dan perdamaian. Diplomasi bukan lagi sekadar pertemuan meja bundar, melainkan panggilan jiwa untuk mengakhiri penderitaan manusia.

Ketika dunia tampak lelah oleh konflik, Indonesia melalui Presiden Prabowo mengingatkan kembali bahwa harapan masih ada. Bahwa dialog masih mungkin. Bahwa kemanusiaan masih hidup.

Dan dari Sharm El-Sheikh, cahaya itu menyala. Bukan hanya untuk Gaza, tetapi untuk seluruh dunia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun