Mohon tunggu...
Lalu MArju
Lalu MArju Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Nature

Indonesia Darurat Sampah Botol Plastik

4 Desember 2018   01:01 Diperbarui: 4 Desember 2018   08:15 7419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alexander Parkes menemukan plastik pertama kali pada 1862 yang bahannya berasal dari selulosa bernama Parkesine. Temuan Parkes kemudian dipamerkan di Great International Exhibition, London. Ia mengklaim bahwa bahan tersebut lebih fleksibel dan lebih murah dibandingkan karet. Meskipun Parkesine bisa dimanipulasi dalam berbagai bentuk, investor kehilangan minat sejak bahan baku untuk memproduksi plastik begitu mahal.

Kemudian, pada abad ke-19, John Wesley Hyatt mengembangkan seluloid dari campuran kertas tisu, asam nitrat dan asam sulfat sehingga terciptalah termoplastik pertama yang masih digunakan sampai sekarang untuk film fotografi. Periode berikutnya, resin mulai digunakan pada tahun 1907 ketika ahli kimia New York, Leo Baekeland, membuat Bakelight. Pihak militer menemukan bahan tersebut yang dapat membantu dalam pembuatan senjata. Juga digunakan untuk membuat isolator listrik, radio, cangkir, tombol, permen karet dan gagang perak. Beberapa plastik yang popular, seperti rayon dan kertas kaca cellophane mendapatkan tempat di abad 20. Rayon adalah modifikasi selulosa yang dikembangkan oleh Louis Marie Hilaire Bernigaut pada tahun 1891. Kurang dari 10 tahun setelah penciptaan rayon, Dr. Jacques Edwin Brandenberger ditemukan kertas kaca.

Pada tahun 1940-an, nilon, akrilik, neoprene, SBR dan polietilen berkembang semakin luas. Semua penemuan di atas memberi jalan bagi kemunculan berbagai jenis plastik, termasuk polyvinyl chloride (PVC) atau vinil, klorida polyvinylidence (SaranTM), Teflon, polyethylene terephthalate (PET), high-density polyethylene (HDPE), low-density polyethylene (LDPE), polypropylene (PP) dan polistirena (PS). PVC ditemukan dalam botol minyak sayur dan pembungkus makanan; PET sering digunakan dalam wadah minuman dan makanan; HDPE digunakan dalam pembuatan botol susu dan deterjen; LDPE membantu untuk membuat kantong plastik dan shrink wrap; PP ditemukan dalam wadah margarin dan yogurt; dan PS digunakan untuk membuat karton telur dan peralatan sekali pakai. Walaupun botol air soda pertama di Amerika diciptakan pada 1835, botol plastik untuk minuman ringan tidak digunakan sampai tahun 1970 dan botol PET pertama digunakan tiga tahun kemudian.

Mengapa menggunakan plastik yang justru dampak negatifnya begitu banyak?

Pada dasarnya, plastik digunakan sebagai alternatif pengganti material rumah tangga dari besi, kayu, atau rotan. Masyarakat berpendapat bahwa penggunaan plastik dirasa lebih murah, kuat dan awet daripada material lain. Karena berbagai faktor itulah, kini plastik sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat. Kebutuhan masyarakat terhadap plastik pun meningkat setiap tahunnya. Plastik -- plastik itu digunakan untuk berbagai keperluan, salah satunya sebagai bahan dasar pembuatan kemasan air minum berupa botol.

Jenis plastik yang biasa digunakan untuk material pembuatan botol air minum ialah PET (Polyethylene Therepthalate) Namun, tak bisa dipungkiri bahwa plastik merupakan salah satu penyumbang pencemaran lingkungan terbesar yang pernah ada. Ditambah lagi sifat plastik yang tidak ramah lingkungan dan membutuhkan sampai ratusan tahun agar bisa terurai (non-biodegradable). Akibatnya, plastik yang belum terurai akan merusak ekosistem yang ada disekitar kita. Bukan hanya manusia, namun hewan dan tumbuhan pun akan terkena dampaknya.

Anda bisa mengubah plastik menjadi bentuk yang Anda butuhkan dan tampilannya sama-sama cantik seperti kaca atau bahan mahal lainnya. Tidak seperti kaca yang harus ditangani dengan hati-hati, Anda bisa menggunakan bahan plastik dengan kasar. Satu keuntungan lagi dari plastik adalah dapat didaur ulang.

Bahaya yang ditimbulkan plastik bagi manusia dan lingkungan

Jika yang dibicarakan ialah dampaknya bagi manusia, tentu yang menjadi poin utamanya ialah kesehatan. Beberapa dampak penggunaan plastik untuk kesehatan manusia antara lain :

  • Kanker dan masalah reproduksi
    Plastik pada kemasan air minum mengandung zat kimia bernama phthalates. Zat inilah yang membantu plastik menjadi fleksibel. Namun disisi lain, zat ini jugalah yang menjadi penyebab masalah kesehatan seperti kanker liver, menurunkan jumlah sperma dan masalah reproduksi lainnya.
  • Kesehatan sistem syaraf dan organ tubuh
    Plastik perlahan terurai di udara melalui proses pembakaran menjadi dioksin. Namun penguraian ini masihlah belum sempurna. Penguraian yang tidak sempurna ini yang kemudian justru menimbulkan berbagai masalah kesehatan bagi manusia. Tidak hanya menyebabkan kanker, namun sistem syaraf juga akan terganggu. Gangguan sistem syaraf ini juga yang akan mengganggu kinerja organ lain dalam tubuh manusia.
  • Radang paru-paru
    Plastik yang biasa dipakai untuk material kemasan air minum atau PET, memiliki zat karsinogenik yang akan keluar akibat pengaruh panas dari luar seperti, dibakar atau sinar UV matahari. Zat tersebutlah yang akan merusak organ tubuh manusia salah satunya paru-paru.
  • Dampak yang ditimbulkan pun berpengaruh pada lingkungan dan ekosistem yang ada. Banyak hal bisa ditimbulkan akibat penggunaan plastik apalagi jika kita melihatnya secara nyata di lingkungan sekitar kita.
  • Banjir
    Kebiasaan buruk sebagian manusia membuang sampah sembarangan, apalagi botol plastik dan kemasan lainnya, menjadi salah satu penyebab utama terjadinya banjir. Plastik-plastik itulah yang kemudain menyumbat saluran pembuangan, akibatnya air meluap membanjiri tempat kita berada.
  • Terganggunya kesuburan tanah
    Sampah plastik yang kemudian tertimbun ke tanah akan menghalangi sirkulasi udara di dalamnya. Tidak hanya itu, keberadaan plastik di dalam tanah akan mengganggu gerak makhluk bawah tanah yang bertugas menyuburkan tanah habitat mereka hidup.
  • Polusi udara
    Banyak yang kemudian memutuskan untuk membakar sampah plastik agar tidak menumpuk. Namun, justru pembakaran sampah plastik itulah yang menimbulkan bahaya lain bagi udara. Dampaknya pun akan berujung pada kesehatan manusia juga yang terganggu, udara tercemar, makhluk hidup lain pun akan merasakan akibatnya.
  • Mencemari air
    Zat kimia yang terkandung pada plastik kemasan seperti Bisphenol A, Styrene Trimmer dan Polystyrene memiliki sifat beracun dan dapat mencemari air,
  • Ancaman besar bagi hewan
    Penggunaan plasti kemasan berlebih yang disertai dengan rasa ketidak bertanggung jawaban manusia menjadi ancaman besar bagi hewan yang hidup di alam liar. Baru-baru ini viral kasus seekor paus di Wakatobi yang mati akibat menelan hampir 5,9 kg sampah plastik yang mana diantaranya merupakan sampah plastik kemasan botol air minum. Kalau bukan manusia, siapalagi yang bertanggung jawab atas kejadian ini.
    Belum lagi ditambah kasus hewan-hewan lain yang mati akibat terjerat atau teracuni sampah-sampah plastik.
  • Ditemukannya plastik bio-degradable, sudahkah memecahkan masalah pencemaran lingkungan?
    Plastik bio-degradable merupakan plastik yang dirancang tahan lama namun bisa terurai lebih cepat oleh alam. Plastik ini biasa digunakan untuk kemasan botol air minum, wadah makanan, sampai tas belanja. Plastik berlabel bio-degradable akan terurai pada suhu 122 derajat fahrenheit saja. Kemudian plastik ini diklaim sebagai pemecahan masalah atas pecemaran lingkungan akibat plastik.
    Namun faktanya, walau disebut biodegradable, plastik ini masih berbahaya untuk ekosistem laut dan biota yang ada di dalamnya. Ini dikarenakan, plastik biodegradable tidak dapat terurai pada suhu lautan. Ditambah, plastik ini juga tidak terapung sehingga akan tenggelam ke dasar lautan, akibatnya plastik ini tidak terkena paparan sinar UV matahari gar terurai.
  • Sampah botol plastik kemasan air minum didaur ulang?
    Tidak bisa dipungkiri memang adanya sampah-sampah plastik menjadi ladang mata pencaharian beberapa orang untuk dijual kembali. Biasanya sampah-sampah itu didapatkan dari pemulung, bengkel, swalayan sampai restoran. Jumlah yang terkumpul pun tidak lah sedikit, jika ditotal bisa mencapai besaran ton.
    Pada hari Jum'at 30 November 2018 kemarin, kelompok kami melakukan survey lokasi di sebuah bank sampah, tepatnya di Jl. Tembi, Timbulharjo, Bantul, Yogyakarta. Menurut Pak Budi, salah satu pekerja yang ada di sana, sampah-sampah plastik disini didapatkan dari bengkel dan toko-toko. Beliau juga menyampaikan, satu harinya saja bisa mengumpulkan total 1 sampai 2 ton sampah, setiap satu tonnya dihargai Rp 45,000. Ini dianggap sebagai hal yang menguntungkan bagi Pak Budi dan pekerja lain.
    Namun, yang jadi pertanyaan, apakah bank sampah juga sudah menjadi solusi pemecahan masalah bagi lingkungan? Hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga Sustainable Waste Indonesia yang didanai Danone Aqua menunjukan 350.000 ton botol PET yang dikonsumsi masyarakat setiap tahun secara nasional, sebanyak 216.047 diantaranya yang berhasil dikumpulkan lagi. Bisa dibilang ada siklus penggunaan plastik terjadi di sini.
    Dalam Kajian SWI, dari 100% sampah plastik, 69% nya masuk ke tempat pembuangan akhir, 7% didaur ulang dan 24% sisanya mencemari lingkungan. Plastik PET akan didaur ulang kembali oleh industri plastik, dijadikan biji-biji plastik yang kemudian dipakai sebagai bahan baku pembuatan plastik kemasan lagi. Ya, dengan kata lain bahan baku plastik kemasan PET merupakan hasil olahan daur ulang sampah plastik PET itu sendiri, begitu siklusnya.
    Dilansir World Atlas, Indonesia menjadi negara ke-4 pengguna botol plastik terbesar di dunia. Tercatat penggunaan botol plastik di negara Indonesia mencapai 4,28 milyar. Diperkirakan penggunaannya pun akan terus meningkat setiap tahunnya seiring meningkatnya pula kebutuhan masyarakat akan botol plastik.
    Pengadaan bank sampah dan daur ulang sampah belum sepenuhnya menjadi solusi pencemaran lingkungan akibat plastik. Monitoring seluruh pembuangan ataupun penggunaan plastik di masyarakat memang hal yang sulit untuk dilakukan. Himbauan jangan buang sampah sembarangan, pengurangan penggunaan plastik, daur ulang limbah, kreasi rumahan berbahan dasar limbah plastik, sampai diadakannya peraturan kantong plastik berbayar di berbagai ritel modern pun belum bisa menanggulangi akibat-akibat dari penggunaan plastik. Semua kembali pada rasa tanggung jawab masing-masing individu dan kesadarannya terhadap ancaman plastik.

Ada banyak sekali produsen yang bergelut dalam bidang pembuatan botol plastik, di Indonesia sendiri saja ada 44 pabrik yang terdaftar, belum termasuk produsen botol plasik yang tak terjaring.

Siapa yang bertanggung jawab akan hal ini? Tentu saja kita semua bertanggung jawab tentang fenomena botol plastik ini, baik produsen maupun konsumen dari botol plastik, karena produsen juga sebaiknya segera mencari alternatif lain untuk menciptakan botol plastik yang lebih eco-design, dan kita sebagai konsumen seharusnya lebih bijak dalam menggunakan botol plastik dengan membuang sampah botol plastik pada tempatnya agar tak mencemari lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun