Mohon tunggu...
Teguh setiawan
Teguh setiawan Mohon Tunggu... Jurnalis - Email: teguhpangerankegelapan@gmail.com

Seluruh tulisan ini saya persembahkan untuk anak saya yaitu Fathan pratama setiawan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengenal Ngatir, Budaya Khas Warga Cipanas Kabupaten Lebak, Banten

17 Maret 2022   17:08 Diperbarui: 17 Maret 2022   17:10 2978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secara teknis Ngatir dilakukan secara berurutan. Warga kampung cipanas akan membawa hancengan ke mesjid Al mutaqin, kegiatan membawa makanan ini dalam bahasa sunda disebut "nyorog", mereka nyorog kemudian datang ke mesjid dan di mesjid mereka sudah disambut oleh warga penerima hancengan, yaitu warga kampung kondang dan warga kampung bujal. Warga kampung cipanas berperan sebagai tuan rumah, dan warga penerima hancengan berperan sebagai tamu.

Satu Hancengan dalam satu kegiatan bisa terkumpul 120 sampai 150 hancengan dimana 1 hancengan bisa untuk diterima sebanyak 7 orang. Setelah Hancengan diterima kemudian acara Ngatir dilanjutkan kembali ke kampung Kondang yaitu di mesjid Nurul huda, di mesjid ini pun kegiatan serupa dilakukan dengan tuan rumah yaitu warga kampung kondang sementara warga lainnya sebagai tamu. Kegiatan dilakukan persis sama seperti sebelumnya. Hancengan dibagikan. Dan akhir kegiatan dilakukan di kampung bujal yaitu dipusatkan di mesjid Ataqwa. Semua dilakukan di tiga tempat dimana semua hancengan ditukar dan diberikan. Ketiga warga kampung tersebut melakukan hal yang sama dengan posisi tuan rumah dan tamu secara bergantian. Semua dilakukan secara tertib penuh suka cita sehingga silaturahmi semakin erat diantara warga. Lewat budaya ngatir ini warga semakin erat dan saling mengenal satu sama lain dalam kehangatan silaturahmi.

Haji Nurhaedi mengatakan budaya Ngatir ini sudah lama dilakukan di daerah cipanas, warga selalu antusias dalam melaksanakannya. Lanjut ia mengatakan bahwa Ngatir merupakan budaya sementara ritualnya yaitu syariat. Disini kita harus bisa membedakan antara budaya dan syariat. Ketika masyarakat membaca Al quran di mesjid itu adalah syariat, sementara ketika masyarakat melaksanakan Ngatir maka itu adalah budaya. Proses pemahaman antara syariat dan budaya haruslah difahami secara benar agar kita tak menilai semua hal secara sefihak. Haji Nurhaedi membantah jika ada yang mengkritik budaya ngatir sebagai sesuatu hal yang negatif. Ia membantahnya karena budaya ini merupakan kegiatan diluar syariat yang dilakukan setelah syariat selesai dilakukan. Ngatir biasanya dilakukan setelah proses ibadah syariat dilaksanakan. Dalam hal lain ia memberikan analogi seperti orang yang memakai gamis saat solat, maka gamis adalah budaya sementara menutup aurat adalah syariat. Jadi dengan membedakan dua hal itu secara proporsional maka kita akan bijak dalam memandang sesuatu, termasuk juga melihat sebuah kebudayaan.

"Saya berharap budaya ngatir ini akan tetap dilakukan karena dengan ngatir ini silaturahmi antar warga bisa terjalin harmonis dalam ikatan saling menghormati satu sama lain," tambahnya.

Sampai saat ini budaya ngatir di daerah cipanas tetap dilakukan hingga kini bahkan menjadi ciri khas budaya warga cipanas. kegiatan ini bahkan menjadi salah satu hal yang menarik bagi wisatawan karena banyak wisatawan yang tertarik melihat kegiatan ini dimana warga berbondong-bondong membawa hancengan ke mesjid dengan rapi dan tertib. Semua dilakukan secara baik,rapi, penuh kehidmatan. Pemandangan ini menjadi daya tarik tersendiri dari  warga cipanas sehingga semua orang tertarik untuk melihat kegiatan ngatir ini. Dari budaya ngatir ini kita bisa belajar bahwa silaturahmi dan kekeluargaan merupakan hal yang sangat dijunjung tinggi oleh warga cipanas. Budaya ngatir merupakan kegiatan yang bernilai tinggi, dari kegiatan ini banyak hal bernilai yang bisa kita pelajari. [TS]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun