Mohon tunggu...
Teguh Pengabdian
Teguh Pengabdian Mohon Tunggu... Mahasiswa di Fakultas Ekonomi UII, Badan Pengurus Harian Islamic Economics Study Club (IESC), Muallim dan Tim Koordinator Lapangan Ta'lim FE UII. -

IG : @teguhpengabdian LINE : teguhpengabdian

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Menganalisis Tumbangnya Lotus Dept Store Menggunakan Metode Porter

28 Oktober 2017   08:56 Diperbarui: 28 Oktober 2017   18:53 9054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari ini, kita dihebohkan dengan ditutupnya salah satu departemen store yang bisa dikatakan cukup besar di Indonesia, yakni Lotus Departemen Store. Beberapa hari sebelum penutupan, Lotus menggelar diskon secara besar-besaran dan tidak mengherankan begitu banyak dari masyarakat indonesia yang berbondong-bondong kesana. 

Setelah adanya kabar penutupan ini, begitu banyak para pakar ekonomi yang mengidentifkasi apakah alasan Lotus sampai akhirnya ditutup . Salah satu tokoh yang mengomentari hal ini yakni Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani. Beliau menuturkan bahwa penutupan ini mungkin saja dikarenakan adanya perubahan dalam strategi bisnis yang digunakan, salah satunya perubahan secara fisik yang pada awalnya memiliki gerai khusus ritel beralih dengan berbasis pada bisnis online.

Hal ini juga senada dengan apa yang disampaikan oleh Head of Corporate Communication PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP), Fetty Kwartati, yang mengatakan bahwa keputusan penutupan toko tersebut diambil manajemen setelah mempertimbangkan perubahan tren ritel secara global. Apalagi, kata dia, perubahan gaya berbelanja dari offline ke online mulai merambah Indonesia.

Pada tulisan kali ini, penulis tidak akan membahas mengenai alasan Lotus tutup, melainkan lebih kepada menganalisis dari sudut pandang yang berbeda dengan menggunakan metode mode Porter Five Forces. 

sumber: quora
sumber: quora
Five Forces Model atau yang lebih dikenal dengan Porter Five Forces adalah suatu metode untuk menganalisis industri dan pengembangan strategi bisnis atau lingkungan persaingan yang dipublikasikan oleh Michael E Porter, seorang profesor dari Harvard Business School pada tahun 1979. Menurut Five Forces Model ada lima hal yang dapat menentukan tingkat persaingan dan daya tarik pasar dalam suatu industri, (qucistart, 2014). Dalam metode ini, ada 5 (lima) aspek yang akan di analisis antara lain:

1. Ancaman Pendatang Baru
2. Daya Tawar Pemasok
3. Daya Tawar Pembeli atau Konsumen
4. Ancaman Produk Pengganti
5. Persaingan antara Indsutri Sejenis

Dengan menggunakan 5 aspek diatas, penulis berharap bisa memberikan wawasan yang lebih luas bagi para pembaca mengenai persaingan didalam dunia bisnis.

Aspek Pertama adalah Ancaman Pendatang Baru

Bukanlah sebuah yang mengherankan apabila pertumbuhan bisnis baru kian marak bermunculan, layaknya jamur yang tumbuh dimusim hujan,  tak mengenal waktu dan tempat. Adapun bisnis yang tumbuh ini memang sebagian besar adalah bisnis yang telah ada sebelumnya meskipun ada beberapa bisnis yang termasuk dalam kategori start-up. Dalam persaingan bisnis pada era sekarang, setiap orang yang ingin mendirikan bisnis tidak harus memiliki modal yang besar, bahkan tanpa modal sekalipun orang bisa berbisnis. Tingginya pertumbuhan bisnis onlinemenjadi bukti bahwa modal tidaklah menjadi penghambat dalam berbisnis. 

Bisnis online sendiri lebih banyak menyasar pada barang-barang yang sebagian besar telah dijual atau tersedia di ritel-ritel yang telah berdiri sebelumnya. Namun, tentu dengan membawa strategi yang baru dan menawarkan kompetensi inti yang berbeda menjadikan persaingan dalam dunia bisnis ini semakin menarik untuk diikuti.

Hemat penulis, bahwa semakin lama kebiasaan dari para konsumen mengarah kepada efisiensi waktu dan tenaga yang dibutuhkan untuk mendapatkan sebuah barang yang diinginkan. Hal inilah yang membuat para pebisnis online mampu menyaingi dan bahkan memenangkan persaingan dengan salah satu ritel terbesar di indonesia, yakni Lotus Departemen Store.

Aspek Kedua adalah Daya Tawar Pemasok

Pada aspek ini memang lebih mengarah kepada kepentingan dari pengusaha dan suppliernamun tetap saja hal ini tidak dapat dipisahkan. Salah satu yang membuat daya tawar pemasok semakin tinggi adalah tingkat fluktuasi permintaan. Dalam kaitannya dengan Lotus, tentu para pemasok akan melihat berapa besar tingkat permintaan dari para konsumen terhadap barang-barang yang disediakan di Lotus. Semakin tinggi permintaan, maka tentu daya tawar pemasok akan semakin rendah karena semakin banyaj jumlah barang yang mereka pasok berbanding lurus dengan banyaknya permintaan pada barang tersebut. Berbeda halnya apabila permintaannya sedikit, maka hal ini akan membuat daya tawar pemasok akan semakin besar yang tentu membuat tingkat harga yang ditawarkan pemasok kepada Lotus akan semakin tinggi dan ini menjadi sebuah ancaman bagi Lotus dikarenakan keuntungan yang akan mereka dapatkan untuk barang tersebut akan semakin kecil.

Aspek Ketiga adalah Daya Tawar Pembeli

Konsumen indonesia tergolong menyukai barang-barang yang baru dan mengikuti perkembangan zaman. Disisi lain, alasan harga yang ditawarkanpun merupakan poin yang tidak bisa dipisahkan. Satu bukti mengapa harga sangat berpengaruh besar yakni adanya diskon besar-besaran dari Lotus pada beberapa hari yang lalu dimana begitu banyak konsumen yang rela antri hanya untuk mendapatkan potongan harga tersebut. Disisi lain, apabila barang yang ditawarkan tergolong produk yang tidak diminati oleh konsumen, maka tentu daya tawar pembeli akan semakin besar sehingga tingkat keuntungan yang dapat diperoleh Lotus akan semakin sedikit.

Aspek Keempat adalah Ancaman Produk Pengganti

Semakin berkembangannya tekhnologi maka akan semakin kreatif pula para pengusaha bisnis. Munculnya pesaing baru yang menawarkan produk baru yang memiliki manfaat dan kegunaan yang sama dengan produk yang ditawarkan oleh Lotus menjadi sebuah ancaman yang besar bagi Ritel ini. Hal ini akan bertambah sulit bagi Lotus apabila produk tersebut menawarkan yang lebih baik dibandingkan dari produk yang ditawarkan oleh Lotus. Baik dari sisi kualitas, harga, dan trend produk.

Aspek Kelima adalah Persaingan antara Industri Sejenis

Tidak disangkal lagi bahwa bisnis Ritel begitu banyak bertebaran di Indonesia dan yang paling mendominasi sekarang ialah Indomaret dan Alfamart. Dapat dikatakan bahwa aspek kelima ini merupakan aspek yang paling berpengaruh besar terhadap tutupnya Lotus Departeme Storeini . Ditambah lagi banyaknya bisnis onlineyang menawarkan produk yang sama mengakibatkan semakin banyak pula pesaing dari Lotus. Tentu dengan demikian penyebaran konsumen akan semakin menyebar dan terbagi-bagi, dan yang menjadi penentu untuk memenangkan persaingan ini adalah seberapa kuat strategi yang digunakan agar konsumen tidak beralih kepada pesaing yang lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun