Mohon tunggu...
Teguh H Nugroho
Teguh H Nugroho Mohon Tunggu... Procurement - GA

Aku mencoba merangkai setiap isi hatiku dalam kata, hanya untuk kamu — satu-satunya alasan mengapa aku masih percaya pada cinta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bayanganmu di Antara Tumpukan Dokumen

7 September 2025   07:15 Diperbarui: 7 September 2025   07:15 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: depositphotos.com

Meski begitu, pekerjaanlah yang diam-diam menyelamatkanku. Setiap tugas yang menumpuk memaksaku untuk tetap bergerak. Setiap rapat mengalihkan pikiranku, meski hanya sementara. Setiap dokumen yang harus kuselesaikan membuatku merasa masih berguna. Rutinitas yang melelahkan itu justru menjadi tambalan bagi hatiku yang retak.

Namun kejujuran harus diakui: aku belum bisa melupakanmu. Wajahmu masih hadir di sela layar komputer. Senyummu muncul tiba-tiba di antara angka-angka Excel. Suaramu masih terngiang ketika aku berhenti sejenak, menatap jendela kantor yang berembun. Bayanganmu seperti hantu yang tak pernah mau pergi.

Aku mencoba mengisi ruang kosong itu dengan hal-hal sederhana. Jogging di pagi hari, menulis catatan harian selepas kerja, hingga menyusuri pantai ketika ada tugas ke luar kota. Kadang berhasil, kadang tidak. Sebab, meski aku berlari sejauh apa pun, kerinduan ini tetap menempel erat.

Ada hari-hari ketika aku merasa kuat, mampu tersenyum, bahkan bisa bercanda dengan rekan kerja. Tapi ada pula hari-hari ketika aku begitu rapuh. Di tengah rapat, tiba-tiba aku teringat bagaimana dulu kau menenangkanku lewat pesan singkat. Saat lembur malam, aku merindukan suaramu yang selalu menegurku agar tidak begadang. Luka itu seperti gelombang, datang dan pergi tanpa bisa kutahan.

Kini aku mulai mengerti, mungkin memang tidak semua luka bisa sembuh. Ada luka yang hanya bisa diterima, bukan dihapus. Dan selama aku belum bisa melupakanmu, pekerjaan menjadi satu-satunya hal yang bisa kugenggam. Ia adalah jangkar di tengah ombak batin yang tak menentu.

Hidup mengajariku satu hal: bukan soal menghindari luka, tapi bagaimana tetap melangkah meski terluka. Bukan soal mencari cinta baru, tapi bagaimana bertahan meski hati masih kosong. Dan bukan soal selalu kuat, melainkan berani mengakui rapuh.

Dari meja kerja hingga ruang hati, aku belajar bahwa setiap luka punya makna. Ia bisa jadi jeruji, tapi juga bisa jadi jembatan menuju pemahaman. Aku belum bisa melupakanmu, tapi aku tahu, setiap hari aku sedikit lebih kuat dari kemarin.

Sumber: Google
Sumber: Google

Di meja kerja aku ditempa,

oleh deadline, rapat, dan suara dunia.

Di ruang hati aku terluka,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun