Setelah kepulanganku dari Kalimantan Selatan, aku langsung dipercaya menduduki posisi SPV Sales dan Marketing. Dunia ini bukan hal baru bagiku, sebab sejak awal aku sudah terbiasa dengan ritme keras dunia pemasaran.
Namun kali ini ada tantangan berbeda: aku harus memasarkan layanan Man Guarding dan aplikasi pelaporan patroli bernama KAPS. Awalnya terasa canggung, tetapi dengan semangat aku menjalaninya.
Hari-hari awal sebagai SPV terasa padat. Aku belajar mendalami detail teknis aplikasi KAPS, mencoba memahami cara kerja sistem yang sering kali dianggap rumit oleh pengguna baru.
Setiap presentasi ke calon klien membuatku semakin yakin bahwa dunia pemasaran bukan hanya soal angka, tetapi juga tentang membangun kepercayaan. Lima bulan berlalu, dan aku mulai menemukan ritme baruku.
Di tengah kesibukan itu, desas-desus mulai beredar di kantor: sebuah proyek baru akan dibuka di Bali. Awalnya aku menanggapi kabar itu dengan santai. Aku berpikir, "Baru juga sampai Jakarta, nikmati dulu saja." Namun ternyata takdir punya jalannya sendiri.
Awal Mei 2023, seorang karyawan yang baru sebulan ditugaskan di Bali harus dipulangkan karena ketidakharmonisan tim. Tak lama kemudian, telepon dari Project Manager masuk. Dari nada bicaranya, aku tahu: mereka mencari pengganti, dan namaku muncul sebagai kandidat utama.
Aku pulang, berbicara dengan orang tua. Ibu bertanya lembut, "Berapa lama kamu di sana?" Aku hanya bisa menjawab samar, mungkin satu setengah tahun seperti tugasku di Kalsel.
Bapak menimpali dengan bijak, "Kalau itu jalan hidupmu, jalani. Ingat, di sana ada bude dan mas Bayu. Anggap itu rumah kedua." Kalimat sederhana, namun cukup menenangkan kegelisahan hatiku.
Libur lebaran yang seharusnya penuh santai justru kuhabiskan untuk menyiapkan presentasi kepada direktur. Aku mempelajari peraturan Gubernur Bali sebagai landasan proyek.
Dua minggu libur seakan lenyap, digantikan dengan malam-malam panjang di depan laptop. Presentasi itu akhirnya diterima, dan tanggal keberangkatan pun ditetapkan: 15 Mei 2023.
Hari itu aku menginjakkan kaki di Bali untuk pertama kalinya. Udara hangat bercampur angin laut menyambutku begitu keluar dari bandara. Ada rasa gugup sekaligus penasaran: inilah tanah para dewa, tempat di mana aku akan menorehkan kisah baru.