Mohon tunggu...
Teguh H Nugroho
Teguh H Nugroho Mohon Tunggu... Procurement - GA

Aku mencoba merangkai setiap isi hatiku dalam kata, hanya untuk kamu — satu-satunya alasan mengapa aku masih percaya pada cinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kejujuran: Jalan Sunyi Menuju Kedewasaan Sejati

17 Juli 2025   19:51 Diperbarui: 17 Juli 2025   19:51 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kejujuran No 1 | Gambar Ilustrasi Koleksi Pribadi

Di dunia yang makin hiruk dan terburu-buru, kejujuran kadang terasa seperti mata air di padang tandus --- langka, namun tetap menjadi penawar dahaga paling murni bagi jiwa-jiwa yang ingin pulang pada hakikat manusia yang sejati.

Kejujuran adalah keberanian.

Bukan sekadar berkata benar, tapi tentang memilih jalan terang meski di hadapanmu terbentang bayang-bayang penolakan, kehilangan, atau keraguan orang lain. Ia adalah keputusan untuk berdiri tegak saat dunia menggoda kita untuk bersembunyi di balik topeng.

Sebagai manusia dewasa, kita diajarkan bahwa hidup penuh kompromi. Bahwa demi menjaga "harmoni", kadang kita boleh menghaluskan kenyataan, memelintir cerita, atau menahan kebenaran. Tapi pada akhirnya, setiap kebohongan yang kita simpan adalah beban yang perlahan mengikis nurani.

Kejujuran adalah cermin.

Ia memperlihatkan siapa diri kita sebenarnya, bukan siapa yang ingin kita tampilkan. Dalam relasi, jujur membuka ruang bagi rasa percaya --- fondasi yang tak bisa dibeli dengan kata manis atau janji palsu. Saat seseorang berkata jujur, ia mungkin kehilangan sesuatu di luar --- cinta, pekerjaan, atau pengakuan --- tapi ia tidak kehilangan dirinya sendiri. Dan itu jauh lebih berharga.

Namun, kejujuran bukan tanpa luka.

Terkadang, justru mereka yang paling jujur harus memikul kesepian paling dalam.

Kejujuran di Dunia Kerja: Antara Integritas dan Isolasi

Di era dunia kerja yang kompetitif dan penuh tekanan seperti sekarang, kejujuran bukan hanya diuji --- ia seringkali menjadi sumber persoalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun