Mohon tunggu...
Abdul Rahman
Abdul Rahman Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan penulis

Kenikmatan yang diberikan Allah juga ujian.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Keluarga Soemijat (3)

20 Juli 2019   02:29 Diperbarui: 20 Juli 2019   02:36 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

 Mendengar ada obrolan bisik-bisik,  Soemijat lalu membangunkan ayahnya, lalu mengatakan bahwa di luar ada orang yang sepertinya hendak berbuat jahat.  Kandra menanggapi dengan santai. Tidak lantas keluar sambil membawa parang untuk memerangi mereka.   Yang dilakukan Kandra justru unik. Melalui celah dinding bambu yang bolong, Kandra mengirimkan kentutnya.

Di luar pada ribut sendiri.

"Orangnya belum tidur," kata salah seorang pencuri kepada temannya.

"Tahu dari mana?" tanya teman pencuri.

"Pas saya mengintip hidung saya ikut masuk. Terus seperti ada angin buangan  yang masuk ke hidung saya. Seperti dihantarkan," kata yang satunya lagi.

Saat sedang ribut, dengan berbisik-bisik, Kandra mengeluarkan kentutnya dengan keras. Mereka kaget langsung kabur tak jadi mencuri. Begitulah Kandra. Menghadapi situasi kritis dengan bercanda. 

Kandra memang mendidik Soemijat agar kelak menjadi anak yang pemberani dan bertanggungjawab. Begitu menginjak usia  7 tahun, Soemijat sudah dilibatkan dalam urusan rumah. Apapun kecilnya harus ikut berkontribusi.

 Pernah pada satu hari, Soemijat diperintah ibunya untuk membeli tempe goreng. Pesan ibunya supaya membeli tempe yang masih hangat. Bila perlu yang baru mengangkat dari penggorengan.

Dan tempe itu nantinya untuk lauk ayahnya makan. Tapi tunggu punya tunggu, Soemijat tidak kunjung kembali. Karena khawatir, ibunya menyuruh Soedarno, adik Soemijat untuk menyusulnya. Lalu Soedarno langsung menyusul Soemijat menuju ke tempat penjual tempe langganan. 

Menurut si penjual tempe Soemijat sudah pulang sejak tadi. Terang aja Soedarno bingung. Di rumah belum tiba, tapi di tukang penjual tempe juga tidak ada.  Soedarno tidak mau pulang sebelum bertemu kakaknya. Soedarno lalu mencari Soemijat.  Setelah cukup lama berkeliling -- keliling mencari Soemijat pada akhirnya bertemu juga.

 Soedarno mendapatkan Soemijat sedang duduk di atas batu. Sementara di depan batu ada tempe yang sedang dijemur di terik matahari.   Rupanya, Soemijat ingat pesan ibunya supaya membeli tempe yang masih hangat. Karena tempenya sudah dingin, maka dijemur lebih dulu biar panas. Kemudian Soedarno mengajak pulang. Lalu mereka pulang setelah membungkus kembali tempe yang dijemur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun