Mohon tunggu...
Teguh Gw
Teguh Gw Mohon Tunggu... Guru - Pernah menjadi guru

Pemerhati pendidikan, tinggal di Semarang, Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Betul, SDM Unggul

15 Januari 2020   09:48 Diperbarui: 15 Januari 2020   09:59 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah makalahnya, Pasi Sahlberg---profesor di Universitas Helsinki---pernah menulis, "The quality of an education system cannot exceed the quality of its teachers." Ya, menurut tokoh utama strategi reformasi pendidikan Finlandia itu, kualitas sebuah sistem pendidikan tidak akan bisa melampaui kualitas guru-guru yang dimilikinya. 

Betapa tidak? Guru adalah pelaku utama dalam sebuah sistem pendidikan. Finlandia meyakini kebenaran kredo ini. Hasilnya? Performa pendidikan Finlandia menjadi pusat perhatian dunia dalam dua dekade terakhir.

Sistem pendidikan bertanggung jawab atas kualitas SDM keluarannya. Sedangkan guru adalah gir utama penggerak seluruh roda dalam sistem pendidikan. SDM unggul hanya bisa dihasilkan oleh sistem pendidikan yang andal. 

Sistem pendidikan andal hanya bisa diwujudkan oleh guru-guru yang betul. Saya sengaja memakai diksi betul untuk atribusi guru. Kata betul berkonotasi absolut, presisi, tidak bisa ditawar. Ujung anak panah yang menyimpang satu derajat saja dari titik sasaran tidak bisa dikatakan bidikannya betul.

Dari mana guru betul itu bisa didapat? Ibarat budi daya tanaman, guru betul hanya bisa didapat dari bibit guru yang betul. Bibit guru yang betul akan tumbuh menjadi calon guru yang betul hanya jika disemai di tempat dan dengan cara yang betul. Calon guru yang betul akan berkembang secara konsisten menjadi guru betul hanya jika ditanam di lahan dan dirawat dengan cara yang betul.

Pemilihan Bibit Guru

Beranikah kita menjamin bahwa semua lembaga pendidikan calon guru hanya menerima calon mahasiswa yang betul-betul layak menjadi calon guru? Regulasi kita menuntut guru memiliki empat kompetensi: pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. 

Untuk mendapatkan bibit guru yang betul, empat kompetensi ini mesti menjadi kriteria dalam seleksi calon mahasiswa keguruan. Dalam hal ini, Finlandia lagi-lagi punya model yang layak diadopsi.

Pertama, calon mahasiswa diseleksi berdasarkan hasil ujian matrikulasi (semacam UN di sini) SLTA. Dalam konteks standar kompetensi guru di negara kita, seleksi ini berguna untuk memastikan bahwa calon mahasiswa keguruan memiliki bibit kompetensi profesional. Fungsi tersebut akan terpenuhi jika instrumen ujiannya mencerminkan penilaian kompetensi autentik. 

Tidak hanya hasil ujian matrikulasi, rekam jejak (rapor) dari dalam dan luar sekolah juga dipakai sebagai dasar seleksi calon mahasiswa keguruan. Rapor sekolah yang memuat deskripsi pencapaian kompetensi sikap dan keterampilan di samping kompetensi kognitif---dan sudah mulai diterapkan di sekolah-sekolah kita---adalah referensi untuk mengidentifikasi bibit kompetensi kepribadian dan sosial. 

Sertifikat, piagam, atau surat keterangan keterlibatan calaon mahasiswa dalam berbagai kegiatan keagamaan, sosial, seni budaya, olahraga, dan nonkurikuler lainnya menjadi bukti pendukung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun