Mohon tunggu...
Sandy Sitorus
Sandy Sitorus Mohon Tunggu... PNS -

Senang untuk berbagi dan membantu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Investasiku pada Anak

5 April 2018   11:07 Diperbarui: 5 April 2018   12:58 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Okezone News

Masa depan anak merupakan satu tanggung jawab orang tua. Orang tua mana yang tidak bahagia melihat anak-anaknya menjadi orang yang sukses di masa depan, menjadi seorang yang terkenal ataupun dikenal banyak orang sebagai pribadi yang memberikan kontribusi positif bagi orang sekelilingnya; seperti dokter, desainer (pakaian, rumah, program), engineer, ahli hukum, pengusaha dan banyak profesi lainnya. Semua itu menjadi kebanggaan bagi orang tua.

Bicara tentang masa depan bearti ada investasi yang harus disiapkan oleh semua para orang tua. Bicara soal investasi, berarti ada harga yang harus dikeluarkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dan dalam hal ini tujuannya adalah masa depan anak. Banyak faktor yang mempengaruhi bagaimana kehidupan masa depan anak kita, dan hal ini lah yang menjadi bagian dari investasi itu.

1. Knowledge

2. Skill

3. Attitude

1. Knowledge -Ilmu Pengetahuam

Secara formal, anak-anak telah mendapatkannya semasa sekolah, baik di bangku TK, SD, SMP, SMU hingga ke bangku kuliah. Orang tua harus mengeluarkan sejumlah dana yang tidak kecil supaya anak mereka mendapatkan pendidikan yang layak. Dalam menentukan sekolah, libatkanlah anak untuk memilih, bahkan untuk sekolah TK sekalipun. Terkadang tanpa kita sadari, ada chemistry anak terhadap kesukaan ataupun ketidaksukaannya pada tempat dia bersekolah, yang akan mempengaruhi moodnya dalam belajar nantinya. 

Penentuan sekolah yang tepat buat anak akan saya bahas di topik berikutnya. Di sisi lain, sebagai orang tua, kita harus mampu membuat anak senang untuk pergi ke sekolah. Anak saya malah nangis ketika saya meminta nya untuk tidak sekolah. Dia senang bersekolah. Saya akan bagi tips nya di topik saya yang lain.

Sumber ilmu pengetahuan tidak hanya diperoleh dari sekolah formal, bisa juga dari studi informal. Studi informal itu dapat berupa buku bacaan, internet, maupun bimbingan studi luar. Sekali lagi, di sini orang tua harus mengeluarkan dana untuk investasi buku. Ajari anak kita untuk senang membaca buku. Caranya?

Mulailah dari mereka usia 2 tahun, belilah buku yang banyak memunculkan visualisasi yang baik, temani mereka dalam memperkenalkan buku tersebut. Harga buku yang ditawarkan, pasti mahal. Tapi hasilnya so worthy, membuat anak kita senang dengan buku. Jangan pernah sekalipun mendiamkan pertanyaan anak, bahkan untuk pertanyaan yang konyol. Anak-anak lebih cepat belajar ketika mereka berdiskusi. Itu yang saya dapatkan dari anak-anak saya yang senang untuk membaca buku walaupun mereka masih kecil.

2. Skill- Keahlian

Zaman sekarang, menjadi orang pintar itu belum cukup, kita harus memiliki keahlian yang berbeda dengan yang lain, sehingga keahlian itu menjadi senjata buat kita bertahan terhadap persaingan kehidupan pekerjaan. 

Keahlian sebaiknya dibentuk mulai dari kecil. Keahlian bisa di bidang sains dan teknologi (menciptakan suatu ide baru, ngoprek-ngoprek alat, dll), olahraga, seni (musik, tari, gambar, dll). Arahkan anak untuk menyukai setidaknya satu bidang di atas. Diarahkan bukan dipaksakan. Biarkan mereka yang memilih. dan dukunglah mereka dengan melakukan kegiatan tersebut secara bersama minimum sekali sebulan, atau sekali seminggu dengan guru pembimbing.

3. Attitude - Prilaku

Semakin hari semakin banyak orang tua yang mengeluh dengan sikap/sopan santun anak zaman sekarang. Sebenarnya tanggung jawab siapakah untk membimbing anak-anak memiliki sikap yang santun? Jawabanannya adalah ORANG TUA. Kalau anak bersikap tidak baik, maka orang tua lah yang dipersalah. "Anak siapa dia?"

Sikap santun sekali lagi saya tekankan harus diajarkan dari kecil. Anak akan dengan cepat mrng-copy prilaku orang tuanya. Secara mayoritas, anak adalah cerminan orang tua. Mulailah dari hal yang kecil, mengajarkan tiga kalimat ajaib: "Terima kasih", "Maaf", "Permisi", serta budaya jujur. Bagaimana seorang anak bisa berkata jujur ketika orang tuanya mengajarkan dia untuk berbohong mengatakan orang tua tidak ada di rumah (padahal sebenarnya ada) sewaktu ada yang mencari mereka? Itu salah satu contoh yang sederhana.

Jangan pernah lelah untuk mengulangi nasihat kepada anak. Tapi cobalah menyampaikannya dengan cara atau kalimat yang berbeda serta menarik sehingga mereka tidak merasa digurui setiap saat. Cara lain: bisa dengan memberikan contoh atau cerita sebagai analogi dari nasihat yang akan kita sampaikan.

Soure : Koleksi Pribadi
Soure : Koleksi Pribadi
Selain santun, orang tua juga WAJIB mengajak anak mereka untuk beribadah dengan benar, dan anak-anak mencontohnya langsung dari  cara ibadah orang tuanya sendiri. Anak pasti menggerutu ketika disuruh oleh orang tuanya berdoa jika orang tua nya sendiri malas berdoa. Kepatuhan mereka pada Tuhan dan orang tua membuat mereka mwnghargai hidup dan memiliki prilaku yang akan diterima masyarakat manapun.

-Sandy-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun