Mohon tunggu...
Tedi nugroho
Tedi nugroho Mohon Tunggu... Novelis - Tedi Nugroho

pengubah kopi menjadi tulisan berarti

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Rocky Gerung yang Dinanti Sekaligus Dibenci

20 Desember 2018   19:55 Diperbarui: 20 Desember 2018   23:32 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : malangtoday.net

Memasuki tahun politik banyak pembicara baru yang muncul di depan lacar kaca dengan kelasnya masing-masing, baik politikus kemarin sore maupun dedengkotnya Senayan. Mereka selalu menampilkan kekuatan masing-masing kubu dan menyerang kelemahan lawan. Tak jarang mereka menyajikan data berupa angka dengan sumber yang mungkin tak terbantahkan, baik sumber nasional maupun internasional.

Orang awam memahami logaritma angka-angka tersebut bak nyamuk yang berisik di telinga. Jangankan untuk menelaah jauh ke sana, untuk menangkap pembicaraan mereka yang menggebu-gebu pun susah.  

Jelang pemilihan presiden 2019 ini muncul tokoh yang katanya pro oposisi yang tidak mendapatkan gelar profesor. Namun, sering dipanggil 'prof' karena sempat mengajar filsafat di Universitas Indonesia.

Bahkan, pernah menjadi dosen pembimbing aktris sekelas Dian Sastrowardoyo, siapa lagi kalau bukan Rocky Gerung. Beliau merupakan seorang pengamat politik, filsuf, dan peniliti di Perhimpunan Pendidikan Demokrasi. Rocky Gerung sering muncul di layar tv maupun dalam seminar akademis.

Beliau selalu ditunggu-tunggu karena mengungkapkan masalah secara akademis dengan bahasanya yang mungkin asing di telinga tetapi ada dalam KBBI. Meskipun demikian, bahasanya bisa dipahami oleh orang awam karena dapat membawa audiens susuai yang beliau pikirkan dengan metafornya. "No Rocky No Party" begitulah netizen menyebutnya.

Beliau ditunggu, tetapi dibenci oleh lawan bicaranya. Jika  dibiarkan berbicara terus bisa berbahaya untuk satu kubu, maka tak jarang saat beliau berbicara dipotong di tengah jalan. Di sini kita akan ulas tiga poin melekat pada seorang Rocky Gerung. 

1. Dungu  

Kata yang sebelumnya tidak populer, tetapi sekarang menjadi populer untuk menyikapi lawan bicara yang gagal paham yaitu dungu. Menurut KBBI, dungu adalah tumpul otaknya ; tidak cerdas ; bebal dan bodoh. Jika diterjemahkan dalam pengertian Rocky Gerung, Dungu berarti tidak mampu menghubungkan dua premis sehingga tidak bisa mencapai kesimpulan atau cacat dalam bernalar.

Rocky Gerung sering menggunakan kata dungu yang sebenarnya tidak ingin dikatakan, karena menurut beliau kedunguan tidak berkurang. Akan tetapi, kedungan terus bertambah apalagi kalau ada orang belum selesai bicara sudah dipotong di tengah jalan bisa sampai dungu keakar-akarnya. 

2. Kitab Suci Fiksi 

Ungkapan kitab suci fiksi adalah pernyataan Rocky Gerung yang sempat menghebohkan kita beberapa bulan yang lalu karena memang isu kitab suci sangat sensitif untuk diangkat ke publik.

Banyak pro-kontra masalah pernyataan Rocky Gerung. Poin kutipan yang beliau ucapakan, "Kalau saya pakai definisi fiksi itu mengaktifkan imajinasi, kitab suci itu adalah fiksi karena belum selesai, belum tiba..."  Kamu termasuk yang pro atau kontra? Arti fiksi menurut KBBI adalah 1) ceritaan rekaan ( roman, novel, dan sebagainya );  2) rekaan, khalayan, tidak berdasarkan kenyataan; 3) pernyataan yang hanya berdasarkan khayalan atau pikiran.  Kebanyakan orang yang tersulut emosinya akan berhenti pada pengertian KBBI dengan kata lain tersinggung karena kitab suci disamakan dengan fiksi arti KBBI.

Pada kesempatan lain yang mungkin belum sempat dijelaskan Rocky Gerung mengenai arti fiksi karena pada saat itu sudah dicerca dengan berbagai sanggahan.

Menurut Rocky Gerung, ada ketidakcukupan kosakata di Indonesia karena culture-nya lain. Misalnya, akan berbeda arti saat diucapkan I'm liberal, di Indonesia, di Prancis atau di Amerika karena ketiga negara ini berbeda budaya. Oleh karena itu, Rocky Gerung mendefinisikan arti fiksi menurut beliau sendiri yang mungkin ada sejarah dari kata fiksi itu tentang tempat maupun kejadian dan itu sah-sah saja. Contoh sederhananya adalah kata He dalam bahasa Inggris yang artinya dia laki-laki, sedangkan dalam bahasa Indonesia hanya ada kata dia. Hal ini tentu meiliki sejarah budaya, seperti di Indonesia mengenal kata kakak-adik.

Akan tetapi di negara barat hanya mengenal brother and sister. Dari uraian tersebut, sebenarnya Rocky Gerung menggunakan silogisme. Jika A adalah benar, maka maka B adalah benar yang mana arti A adalah fiksi itu  mengaktifkan imajninasi maka B adalah kitab suci itu fiksi. Jika poin A tidak berlaku, poin B secara otomatis tidak berlaku. Pernyataan tersebut sudah dibuat kondisional, kecuali bila fiksi tersebut tidak dijelaskan sebagaimana kita mengetahui arti fiksi pada umumnya. Hal ini akan berbeda arti dan banyak orang sepaham bahwa itu menistakan agama.

3. Pola Pikir Mengkritisi Pemerintah 

Banyak argumen Rocky Gerung yang memang ditujukan untuk mengkritisi pemerintah saat ini. Kritik beliau sangat tajam dan mengena pada titik jantung lawan dengan bahasa metafornya.

Namun, mengapa beliau sangat getol mengkritik pemerintah? Alasannya, "Pemerintah itu ditakdirkan untuk dikritik karena kekuasaan itu cenderung absolut oleh karena itu kritik permanen didalam politik." Dari alasan tersebut memang terdengar benar meskipun lebih cenderung seperti opisisi di luar parlemen.

Seperti halnya pada suporter bola yang begitu cinta dengan klub sepak bolanya apabila performa tidak baik atau sering kalah terus maka begitu banyak kritikan datang. Mereka tidak perlu bisa bermain bola atau masuk dalam menejemen klub tersebut. Apakah para pemain akan mengeluh atau lebih giat berlatih lagi? Seharusnya lebih giat berlatih lagi, bukan mencari pembelaan. 

"Saya memberi kritik pada kekuasaan yang berada diurusan publik, kalau saya bikin salah itu urusan privat," ungkapan ini sepertinya tepat sebagai jawaban kepada orang yang selalu bertanya apa yang sudah Anda perbuat untuk negara.

Sebagai orang yang sering memberikan kritikan pedas, beliau kerap mendapat pertanyaan yang mungkn dalam bahasa prokem lu cuma bisa komen doank tapi kagak ada bukti apa-apa.

Tentu itu perbandingan yang tidak imbang untuk menanyakan hal yang sudah seseorang lakukan pada kekuasaannya sebagai pengamat dan hal yang sudah dilakukan seseorang pada kekuasaannya sebagai pemerintah.

Perdebatan adalah hal yang wajar selama itu bisa dipertanggungjawabkan dan konstitusi menjamin kebebasan berpendapat atau kata Rocky Gerung, "Kalau gak tahan dikritik kupingnya aja yang ditutup bukan mulut si pengkritik."

Apakah Rocky Gerung pernah mengakui apa yang sudah dikerjakan selama 4 tahun ini? Sepertinya tidak karena menurut beliau tugas pemerintah adalah membuat hal yang baik sesuai yang diamanahkan konstitusi. Jika pemerintah berbuat baik,  kita tidak perlu memuji karena hal itu adalah tugas pemerintah.

Jika ada yang tidak baik, baru kita kritik. Jika kita berpikir dengan logika, seharusnya semua dikerjakan sesuai dengan porsinya masing-masing, bila perlu apa yang sudah dilakukan pemerintah dibandingkan dengan apa yang menjadi targetnya atau apa yang sudah dijanjikan pemerintah dalam masa kampanye sebelumnya sudah berapa persen yang terealisasikan. 

Tiga poin tersebut melekat tentang Rocky Gerung. Mengenai satire kepada pemerintah sudah banyak beliau keluarkan baik isu hoax, SARA, maupun isu-isu kedunguan lainnya. Jika mengikuti pola pikirnya tentu akan lebih cenderung pada oposisi. Namun beliau bisa menyajikan argumen-argumen yang membawa kita berpikir ulang tentang hakikat memiliki akal sehat dalam bernalar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun