Mohon tunggu...
Teddy Syamsuri
Teddy Syamsuri Mohon Tunggu... lainnya -

Ketua Umum Lintasan '66, Wakil Sekjen FKB KAPPI '66, Pendiri eSPeKaPe, Direktur Kominfo GNM dan GALAK, Inisiator AliRAN.

Selanjutnya

Tutup

Politik

NKRI Benua Maritim, Pelaut Motor Penggerak Pembangunan Tol Laut

30 Mei 2016   02:27 Diperbarui: 30 Mei 2016   02:37 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pelaut Senior Katakan Bangsa Indonesia Adalah Bangsa Besar Yang Jati Dirinya Sebenarnya Tercatat Karena Terbentuk Sebagai Bangsa Bahari

Melengkapi sejarah kejayaan bangsa Indonesia mulai jaman Sriwijaya yang ibukotanya terletak dipedalaman Sungai Musi tapi pasukan lautnya mampu mengatur lalu lintas perdagangan Selat Malaka antara Sodagar Gujarat dengan Taifan Tiongkok yang dipertemukan di kerajaan Campa (sekarang Vietnam). Menyusul kemakmuran jaman Majapahit yang juga ibukotanya dipedalaman Triwulan tapi dengan Sumpah Palapa Mahapati Gajah Mada mampu menguasai perniagaan diseantero laut nusantara, bukanlah sejarah yang tanpa fakta. Demikian sekilas telah dikisahkan oleh Koordinator Aksi Pergerakan Pelaut Indonesia PPI) Bung Andry secara lugas.

Oleh bangsa-bangsa Eropah kemudian dipelajari sejarah bangsa Indonesia ini, maka King George VI dari Britania Raya katakan “Siapa Yang Menguasai Lautan Akan Menguasai Dunia”. Dari situ terjadi penjelajahan Colombus yang menemukan benua Amerika, dan Marcopolo memperoleh rempah-rempah untuk konsumsi bangsa Eropah yang sedang dilanda musim dingin berkepanjangan di Maluku. Itulah sebabnya pula sebagaimana Bung Karno ingatkan “Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah” (Jasmerah) oleh bangsa Amerika Serikat (AS) lakukan kebijakan pertahanan keamanan dunia dengan menguasai tujuh samudera dengan menempatkan armada kapal perangnya disetiap samudera. Padahal AS adalah negara kontinental, baru ada negara bagian Hawaii yang negara kepluauan itupun negara bagian yang terakhir.

Ketika kita mulai membaca sejarah kenapa bangsa yang maju adalah bangsa yang menguasai lautan seperti Inggris yang banyak sekali menguasai negara-negara persemakmuran (commonwealth) yang terbanyak adalah negara-negara kepulauan, adalah suatu bukti tak terbantahkan. AS disebut sebagai negara adidaya karena jadikan tentara marinirnya sebagai pasukan elite AS yang disegani, juga tak terbantahkan. Padahal sewaktu Indonesia dibawah pemerintahan Presiden BJ Habibie yang singkat itu, sempat mendapatkan sebutan negara Indonesia ini sebagai :Benua Maritim” satu-satunya di dunia yang merupakan hasil riset NOOA.

Itulah sebabnya seorang yang disiplin ilmunya sarjana kehutanan dan asalnya dari pedalaman di Kota Solo, Jawa Tengah, entah kenapa saat menjadi ratu piningit terpilih menjadi Presiden ke-7 dalam Pilpres 2014, dalam kampanyenya tiba-tiba menggulirkan visi Poros Maritim Dunia. Sebagai bentuk konsistensinya selepas KPU menetapkan kemenangan duet Jokowi-JK lantas menyuarakan visinya itu diatas perahu phinisi di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara.

Tidak sampai disitu, saat didaulat berpidato usai pelantikannya sebagai Presiden ke-7 periode 2014-2019 di Sidang Paripurna MPR/DPR. Dengan lantang Presiden Jokowi tuding bahwa bangsa kita selama ini memunggungi laut, memunggungi selat dan memunggunggi teluknya sendiri. Itulah sebabnya setelah memimpin pemerintahan dengan membentuk Kabinet Kerja, Presiden Jokowi langsung menjadikan Tol Laut sebagai program prioritasnya. Tidak sampai disitu, agar mindset birokrat aparaturnya tidak terus menerus berpelukan dengan orientasi continental based yang mengikuti warisan politik kultur stelsel Kolonial Belanda yang divide et impera, untuk mereformasi birokrasinya dikumandangkan Revolusi Mental.

Tapi, sayang beribu sayang. Presiden Jokowi yang orang pedalaman dan sarjana kehutanan jebolan UGM Jogya itu terkesan tidak didukung oleh para pembantunya. Karena Presiden Jokowi juga memprioritaskan pembangunan infrastruktur, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan juga sibuk membangun pelabuhan disana-sini sebagai sarana transportasi moda laut untuk mempercepat pertumbuhan sekaligus pemerataan ekonomi nasional. Pak Menteri jonan yang mantan Dirut PT KAI dan sempat tiduran di satu gerbong kereta api saat blusukannya, sayangnya belum melakukan blusukan ke kapal-kapal niaga nasional untuk melihat langsung bagaimana peran sumber daya manusia (SDM) pelaut sangat vital dalam mengantar barang-barang dari pelabuhan satu ke pelabuhan lainnya dengan moda transportasi kapal itu tadi.

Sehingga bisa dipahami jika untuk menerima aspirasi pelaut yang sudah turun aksi damai ketiga kalinya yang dilakukan oleh Pergerakan Pelaut Indonesia yang dinakhodai Bung Andry Sanusi, masih belum concern dan lebih banyak didisposisikan kepada yang dibawahnya, Dirjen Hubla, Dirkapel dan kebawah lagi. Meski yang dibawah pejabatnya banyak yang jebolan kampus pelayaran, mungkin saja mindset continental based yang melahirkan kaum “borjuis” telah mempengaruhi jatidirinya yang mantan nakhoda kapal yang mestinya maritime based menjadi “priyayi” setelah duduk diperkantoran. Mereka mungkin saja lupa jika bekas jadi perwira di kapal, yang dalam kehidupan di kapal masa itu sudah terbentuk suatu keharmonisan hakiki. Tidak lagi mengenal koki atau kapten, mereka memang hidup yang senasib sepenanggungan di atas kapal, dan harmonis.

Namun ironisnya reformasi birokrasi yang diharapkan Pak Jokowi dengan semangat Revolusi Mental, belum nampak perubahan signifikannya malah terkesan abai dan dalam pelayanan terhadap habibatnya yang pelaut juga menampilkan disharmony services. Hanya saja bangsa Indonesia adalah Bangsa Pelaut. Sekiranya masih belum juga perduli, di iklim demokrasi yang terbuka luas ini, tak apalah terus menerus disuarakan oleh para pengurus, aktivis, dan simpatisan PPI, sampai betul betul konkret jika baik visi Poros Maritim Dunia maupun program Tol Laut memang sangat membutuhkan SDM pelaut sebagai motor penggeraknya. Kami, Pelaut Senior, tetap pada posisi tut wuri handayani sebagaimana sudah menjadi komitmen kami. Tapi tidak juga melepas untuk selalu mengawalnya sepanjang masih dibutuhkan.

Selamat berjuang selalu Sahabat ........

Jakarta, 30 Mei 2016...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun