Mohon tunggu...
Triana Dewi
Triana Dewi Mohon Tunggu... hakuna matata

teacher-writer-blogger www.trianadewi.com @trianadewi_td

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Hanya Delapan Puluh Delapan Ribu, Sri Tanjung Penyelamat Mudikku!

14 Mei 2025   23:55 Diperbarui: 15 Mei 2025   05:38 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tidak  banyak kereta yang berhenti di Stasiun Magetan (Foto milik pribadi)

Bagi anak rantau seperti aku, mudik selalu membahagiakan. Walaupun tabungan setahun habis hanya untuk mudik seminggu, sepertinya no problemo. Begitulah, mudik bertemu orang tuaku selalu ada dalam list perjalanan yang harus aku lakukan setiap tahunnya.

Dan kereta adalah satu-satunya moda transportasi yang aku pilih. Apalagi sejak suamiku berpulang, maka keretalah saranaku mudik bersama empat anakku. Anak-anak sudah sangat familiar naik kereta, sejak mereka bayi sampai kini mereka besar. Sejak masih bisa membeli nasi pecel diatas kereta sampai kini bisa menikmati menu kafe seperti segelas coklat panas di restorasi. Sejak masih harus sibuk membawa kipas  sampai kini bisa menikmati kereta yang dingin ber-AC. Kereta adalah solusi mudik kami.

Qodarullah anakku yang nomer dua saat ini harus menjalani kemoterapi karena penyakit kanker yang dideritanya. Aku melihat jadwal kemo yang mendekati lebaran, maka aku memutuskan untuk tidak mudik dahulu. Memang jarak mudik kami tidaklah jauh, tetapi kondisi anakku setiap habis kemo selalu lemas dan muntah melulu maka pasti tidak akan nyaman kalau harus melakukan perjalanan. 

Satu hal lagi yang memutuskan aku untuk tidak mudik adalah karena kondisi keuanganku yang sebetulnya sedang terpuruk. Banyak sekali pengeluaran terutama untuk biaya berobat anakku yang menyebabkan aku tak sempat menabung.

Begitulah dengan sedihnya aku menyampaikan kepada anak-anakku bahwa kemungkinan lebaran kali ini kami akan di rumah saja. Tentu aku sampaikan beberapa alasan di atas agar anakku bisa mengerti. 

Anakku nyaman naik kereta walaupun paska kemoterapi (dokumen pribadi)
Anakku nyaman naik kereta walaupun paska kemoterapi (dokumen pribadi)

Tetapi ternyata prediksiku salah, aku menyangka pasti sulit memberi pemahaman kepada anak-anak untuk tidak mudik. Mereka tentu akan kecewa, tidak terima dan protes hohoho... Yang tidak kuduga ternyata justru lebih sulit menyampaikan kepada orang tuaku bahwa aku tidak bisa mudik tahun ini.

Ketika Bapakku telpon menanyakan kapan aku pulang, lidahku langsung kelu. Aku tidak mampu untuk mengatakan kalau aku tidak akan mudik lebaran kali ini. Aku hanya menjawab bahwa aku akan melihat kondisi anakku dulu karena paska kemoterapi biasanya dia lemas. Cerita Bapak yang menyampaikan bahwa Ibuku sudah menyiapkan ini itu menyambut kedatanganku dan anak-anak membuat aku semakin tak kuasa mengatakan kalau aku tidak mudik.

Tak kusangka anakku yang sakit mengatakan bahwa dia akan baik-baik saja kalau kami mudik, bukankah naik kereta itu nyaman? InsyaAllah dia akan kuat dalam perjalanan. Aku semakin galau, mana sudah mendekati lebaran pasti tiket kereta sudah habis semua 

Satu masalah lagi kalau kami turun Stasiun Madiun maka kami masih harus naik angkutan lagi untuk sampai rumah Bapak di Magetan. Dan itu pasti akan merepotkan, harus berganti moda transportasi. 

Dalam keadaan bingung karena memutuskan harus mudik, aku scroll KAI access dan menemukan kereta yang lewat Stasiun Magetan, mana harganya murah pula, hanya Rp. 88.000,- pas dengan kantongku yang sedang tidak baik-baik saja. Yup, SRI TANJUNG nama keretanya!

Petugas KAI Stasiun Magetan gercep membawakan payung buat  penumpang (Dokumen pribadi)
Petugas KAI Stasiun Magetan gercep membawakan payung buat  penumpang (Dokumen pribadi)

Aku bergegas mengamankan tiketnya, membeli tiket untukku dan anak-anak. Alhamdulillah masih rezeki dan masih bisa memilih kursi yang berdekatan. MasyaAllah semua jadi mudah, mudikku tahun ini pun terselamatkan berkat Kereta Sri Tanjung.

Begitulah akhirnya mudikku berjalan lancar, dengan KAI angkutan lebaran 2025.  Sepanjang perjalanan di kereta aku sama sekali tidak khawatir. Anakku yang paska kemoterapi duduk di depanku, sehingga aku bisa mengawasinya dengan baik.  Situasi kereta ekonomi juga sangat membantuku, karena kami bisa akrab dengan penumpang lain. Aku merasa lega, kalau misal ada apa-apa dengan anakku, mereka pasti siap membantu.

Kebetulan ketika sampai, hujan turun dengan derasnya, tak kusangka para petugas KAI di Stasiun Magetan dengan gercep membawa payung dan membantu kami untuk turun. Banyak penumpang yang berteriak minta tolong karena takut kereta segera berjalan lagi, dan mereka belum turun karena takut basah. Para petugas berlarian membawa payung menolong mereka. MasyaAllah sungguh terlihat totalitas dan dedikasi mereka melayani penumpang.

Aku sendiri tidak masalah harus basah. Aku berlari memeluk Bapakku yang sudah menunggu di pintu keluar dengan wajah bahagia. Tak kuhiraukan hujan yang membasahi bajuku. Terima kasih Sri Tanjung sudah menyelamatkan mudikku! Ini cerita mudikku yang seru bersama KAI, mana cerita serumu?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun