Bagi anak rantau seperti aku, mudik selalu membahagiakan. Walaupun tabungan setahun habis hanya untuk mudik seminggu, sepertinya no problemo. Begitulah, mudik bertemu orang tuaku selalu ada dalam list perjalanan yang harus aku lakukan setiap tahunnya.
Dan kereta adalah satu-satunya moda transportasi yang aku pilih. Apalagi sejak suamiku berpulang, maka keretalah saranaku mudik bersama empat anakku. Anak-anak sudah sangat familiar naik kereta, sejak mereka bayi sampai kini mereka besar. Sejak masih bisa membeli nasi pecel diatas kereta sampai kini bisa menikmati menu kafe seperti segelas coklat panas di restorasi. Sejak masih harus sibuk membawa kipas  sampai kini bisa menikmati kereta yang dingin ber-AC. Kereta adalah solusi mudik kami.
Qodarullah anakku yang nomer dua saat ini harus menjalani kemoterapi karena penyakit kanker yang dideritanya. Aku melihat jadwal kemo yang mendekati lebaran, maka aku memutuskan untuk tidak mudik dahulu. Memang jarak mudik kami tidaklah jauh, tetapi kondisi anakku setiap habis kemo selalu lemas dan muntah melulu maka pasti tidak akan nyaman kalau harus melakukan perjalanan.Â
Satu hal lagi yang memutuskan aku untuk tidak mudik adalah karena kondisi keuanganku yang sebetulnya sedang terpuruk. Banyak sekali pengeluaran terutama untuk biaya berobat anakku yang menyebabkan aku tak sempat menabung.
Begitulah dengan sedihnya aku menyampaikan kepada anak-anakku bahwa kemungkinan lebaran kali ini kami akan di rumah saja. Tentu aku sampaikan beberapa alasan di atas agar anakku bisa mengerti.Â
Tetapi ternyata prediksiku salah, aku menyangka pasti sulit memberi pemahaman kepada anak-anak untuk tidak mudik. Mereka tentu akan kecewa, tidak terima dan protes hohoho... Yang tidak kuduga ternyata justru lebih sulit menyampaikan kepada orang tuaku bahwa aku tidak bisa mudik tahun ini.
Ketika Bapakku telpon menanyakan kapan aku pulang, lidahku langsung kelu. Aku tidak mampu untuk mengatakan kalau aku tidak akan mudik lebaran kali ini. Aku hanya menjawab bahwa aku akan melihat kondisi anakku dulu karena paska kemoterapi biasanya dia lemas. Cerita Bapak yang menyampaikan bahwa Ibuku sudah menyiapkan ini itu menyambut kedatanganku dan anak-anak membuat aku semakin tak kuasa mengatakan kalau aku tidak mudik.
Tak kusangka anakku yang sakit mengatakan bahwa dia akan baik-baik saja kalau kami mudik, bukankah naik kereta itu nyaman? InsyaAllah dia akan kuat dalam perjalanan. Aku semakin galau, mana sudah mendekati lebaran pasti tiket kereta sudah habis semuaÂ
Satu masalah lagi kalau kami turun Stasiun Madiun maka kami masih harus naik angkutan lagi untuk sampai rumah Bapak di Magetan. Dan itu pasti akan merepotkan, harus berganti moda transportasi.Â