Mohon tunggu...
Tazkia Aulia Hanifah
Tazkia Aulia Hanifah Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Menghabiskan waktu dengan kegiatan yang menyenangkan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Rantau Menjadi Rumah Kedua, Selamat Hari Raya!

6 Juni 2025   21:36 Diperbarui: 6 Juni 2025   21:36 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana sholat ied di alkid (sumber: dokumentasi  pribadi)

              Lebaran Idul Adha selalu menjadi momen yang dinanti-nanti oleh umat Muslim di seluruh dunia. Namun, bagaimana rasanya merayakan Idul Adha jauh dari keluarga? Inilah kisah saya, seorang mahasiswi ilmu komunikasi yang sedang menempuh studi di Jogja, melewati pengalaman Idul Adha tanpa keluarga.

              Hari itu, suara takbir berkumandang dari masjid-masjid sekitar. Biasanya, di rumah, saya mendengar takbir bersama keluarga, disambut aroma masakan ibu yang khas Idul Adha. Namun, kali ini, saya hanya bisa menghela napas saat takbir pertama kali terdengar bangun tidur saat subuh. Rasa sedih dan rindu seolah tak terbendung, mengingat ini adalah pertama saya merayakan hari besar tanpa keluarga di kota Jogja.

              Namun, saya sadar bahwa saya tidak sendiri. Ada teman-teman kos yang juga sedang merantau, merasakan hal yang sama. Kami saling mengingatkan bahwa Idul Adha bukan hanya tentang keluarga inti, tapi juga tentang membangun keluarga baru di tempat baru.

              Setelah tersadarkan dan merasa tenang dengan melihat orang-orang bersemangat, akhirnya saya bergegas bersiap untuk mengikuti sholat Ied, ada yang sholat di masjid terdekat ada juga yang bersemangat mengikuti sholat Ied di lapangan Alun-Alun Kidul. Saya memilih untuk pertama kali ini sholat di masjid terdekat. Jalan kaki menuju masjid pagi itu terasa berbeda. Ada semangat baru, ada harapan untuk menemukan makna Idul Adha yang lebih luas. Sesampainya di masjid, suasana khidmat begitu terasa. Jamaah memadati area sholat, takbir dan tahmid menggema. Ada perasaan tak biasa selama duduk di masjid, rasa bangga karena bisa sampai di titik ini dan rasa sedih karna bukan lagi orang biasa yang berada di samping kita.

              Usai sholat Ied, kami kembali ke kos masih dengan perasaan campur aduk. Rindu masih ada, tapi kebersamaan mulai terasa menghangatkan hati. Akhirnya kami masak-masak bersama, menciptakan suasana rumah di tengah keterbatasan dapur kos.

              Menu pertama yang kami buat adalah bakwan, makanan sederhana namun selalu jadi favorit saat kumpul-kumpul, apalagi ditambah sambal giang. Aroma gorengan memenuhi ruangan, tawa dan candaan mengiringi setiap proses memasak. Setelah itu, kami mencoba membuat opor ayam, berharap bisa menghadirkan sedikit rasa rumah di dapur kos. Meski hasilnya tak  persis seperti masakan ibu, tapi rasanya tetap nikmat karena dibuat bersama.

              Setelah siap disantap masakan opor, kami memutuskan untuk menikmati makan bersama ditemani nonton film horor di netflix. Pilihan film horor memang agak aneh ya untuk suasana lebaran, tapi justru disitulah serunya. Kami saling menjerit, saling menertawakan ekspresi ketakutan satu sama lain. Momen ini membuat kami lupa sejenak dengan rindu pada keluarga, digantikan dengan tawa dan kehangatan bersama.

              Setelah puas nonton, satu per satu dari kami mulai tertidur. Tidur di siang hari lebaran ternyata nikmat juga, apalagi setelah perut kenyang. Ketika bangun, kami dikejutkan dengan kabar gembira yaitu daging sapi kurban sudah sampai di kos, spontan, semangat kami kembali membara.

              Tanpa menunggu lama, kami langsung bergegas eksekusi. Ada yang belanja bahan masakan, ada yang menyiapkan bumbu, ada yang memotong daging, ada yang marinasi, dan ada juga yang mulai menusuk daging untuk sate. Semua berkontribusi, semua merasa punya peran masing-masing. Inilah kebersamaan yang tidak saya temukan di rumah, kebersamaan yang lahir dari rasa senasib di tanah rantau.

              Setelah magrib, kami mulai menyiapkan arang di depan kos. Bau asap sate mulai tercium, seperti mengundang tetangga tetangga kos. Malam ini, suasana depan kos berubah jadi layaknya pesta kecil.  Kami bakar sate bersama, saling bercerita tentang pengalaman lebaran di kampung halaman masinh-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun