Mohon tunggu...
Iqbal Tawakal
Iqbal Tawakal Mohon Tunggu... Konsultan - Rumah Perubahan

Siang Konsultan. Malam Kuli Tinta Jadi-Jadian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sisi Lain Para Pendiam dan Penyendiri

1 Maret 2015   07:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:20 16191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14251420191586710701

[caption id="attachment_370960" align="aligncenter" width="480" caption="MENYENDIRI: Sekurangnya ada satu dari tiga orang yang kita kenal memiliki kepribadian introvert. Orang ini senang menyendiri dan bermain dengan hal-hal besar di dalam kepalanya. (edweek.org)"][/caption]

Dalam artikel yang berjudul ‘Job Interview, Menguji Kecerdasan Lewat Suara’, telah dijabarkan bahwa intonasi suara terbukti dapat menjelaskan kemampuan olah pikir dan tingkat kecerdasan seseorang.

Metode ini telah digunakan oleh banyak pihak profesional, baik rekruter perusahaan, donatur beasiswa, dan jenis pekerjaan lainnya, dalam wawancara untuk menyeleksi calon-calon potensial terbaik dari yang terbaik. Satu yang menarik perhatian saya adalah ketika seorang teman bertanya,

“Apakah bila kita kurang dapat berkomunikasi (introvert dan tertutup) maka peluang ditolak selalu lebih besar, bahkan jika potensi lain dari yang dipersyaratkan punya nilai lebih?”.

Pertanyaan tersebut berkaitan dengan pertanyaan yang pernah muncul di akun Ask.fm saya. Kala itu, seorang yang tidak menyebutkan identitasnya (anonim) bertanya,

“Menurutmu, kenapa ada orang pendiam dan penyendiri?”.

Dunia para pendiam

Dua pertanyaan tersebut di atas memiliki satu benang merah yang dicoba untuk dicari jawabannya. Korelasinya ada pada salah satu sifat dasar manusia, yakni introvert. Sebelum menjawab kedua pertanyaan tersebut, mari kita tinjau kembali apa itu introvert, bagaimana orang-orang tersebut bekerja, dan apa rahasia mereka.

Menurut definisi Oxford Advanced Learner’s Dictionary, Introvert merupakan seorang pendiam yang lebih tertarik dengan perasaan dan pemikirannya sendiri dibanding dengan menyalurkan waktu yang dimilikinya kepada orang lain. Di sini kita sering menilai para pendiam tersebut sebagai orang yang kurang pandai bergaul, sulit diajak berkomunikasi, sulit dimengerti, bahkan sulit mengemukakan pendapatnya.

Penelitian mengenai sifat-sifat dasar manusia telah banyak dijabarkan oleh ahli dan pakar psikologi dunia. Susan Cain, dalam bukunya yang berjudul Quiet, menyajikan fakta-fakta teoritis dan praktis dalam upaya menjelaskan kekuatan daripada para pendiam di dunia ini. Dalam buku tersebut dijelaskan, setidaknya ada satu dari tiga orang yang kita kenal merupakan seorang yang pendiam. Artinya, secara tidak sadar kita pasti akan berhubungan langsung dengan mereka. Kita sering menemukannya dan dengan mudah mengenalinya karena sifatnya yang eksklusif, baik di dalam kelas, di organisasi sosial, maupun di lingkungan kerja.

Bagaimana cara kita memahami mereka adalah dengan mengubah sudut pandang kita ke dalam sudut pandang mereka. Jika diamati dengan seksama, Introvert adalah mereka yang lebih senang mendengar dibanding berbicara, mereka yang berinovasi dan bekerja di balik panggung dan tak haus promosi/penghargaan, mereka yang lebih senang bekerja sendiri dibanding bekerja dalam tim, mereka yang yakin jika kolaborasi justru akan membunuh kreativitas mereka yang tidak terbendung.

Kita mengenal tokoh-tokoh seperti Rosa Parks, Mozart, Chopin, Dr. Seuss, Steve Wozniak, Bill Gates, Steve Jobs, J.K Rowling, melalui karya-karya dan temuan mereka yang fenomenal. Ini menjadi menarik ketika nyatanya mereka adalah orang-orang yang suka bergumul dengan dunia dalam kepalanya dan merancang hal-hal besar di sana. Kepada para pendiam-lah sebetulnya kita harus banyak berterima kasih atas karya-karya dan kontribusi mereka yang mengubah dunia.

Persoalannya kemudian adalah bagaimana, dua dari tiga orang tersebut, harus bergaul di masyarakat dengan para pendiam. Seringkali kita, bahkan mungkin saya sendiri, menertawakan dan bahkan melihat mereka dengan sebelah mata di lingkungan sosial. Ini biasa dilakukan karena para ekstrovert/periang cenderung kesulitan untuk mendekat dan membaur ke dalam dunia para pendiam. Dalam kondisi ini, para pendiam membutuhkan pendekatan khusus yang tidak biasa. Para periang harus mampu masuk ke dunia mereka dan berusaha sebaik mungkin agar kehadirannya tidak mengusik dunia para pendiam. Bukan sebaliknya.

Berbeda dengan apa yang terjadi di lingkungan sosial, kondisi keberadaan para pendiam di antara para periang di dunia profesional begitu unik untuk dicermati. Ini juga yang menjadi salah satu pembentuk opini publik yang seringkali melihat para pendiam adalah orang yang sulit berkomunikasi, enggan melakukan hal-hal baru, dan memilih untuk tidak bergaul sama kadarnya dengan para periang. Di lingkungan profesional pun seringkali kita lihat para periang lah yang mendominasi. Para periang cenderung berapi-api dan begitu aktif serta tanggap dalam meraih peluang. Lalu, bagaimana peran dan posisi keduanya dalam kepemimpinan profesional?

Quiet leadership

Harvard Bussiness School pernah melakukan penelitian mengenai hal ini. Perlu diketahui, HBS adalah salah satu tempat yang mungkin paling produktif dan penuh tantangan di dunia. HBS dipenuhi orang-orang yang memiliki jaringan yang begitu luas dan ide-ide besar. Suatu ketika, HBS mengadakan CEO Competition yang di dalamnya diikuti oleh dua kelompok sama besar. Satu hal yang membedakannya adalah pada pemimpin kelompok tersebut. Kelompok satu dipimpin oleh seorang periang. Kelompok yang lain dipimpin oleh seorang pendiam.

Hasil yang ditunjukkan begitu mengejutkan. Dalam beberapa kesempatan pemaparan progres kinerja bisnis,kelompok yang dipimpin oleh seorang periang tidak lebih baik dan produktif dibanding dengan kelompok yang dipimpin oleh seorang pendiam.

Setelah dianalisis, ternyata keunggulan kelompok yang dipimpin oleh seorang pendiam terletak pada cara dan pola kepemimpinannya. Para pendiam dinyatakan mampu menciptakan suasana organisasi yang lebih produktif dibanding para periang. Para pendiam mampu memberi stimulus yang tepat kepada anggotanya untuk lebih bebas berekspresi dan mengeluarkan potensi terbaiknya. Para pendiam, dengan keunikannya, mampu menularkan energi positif yang lebih besar.

Kondisi tersebut sungguh bertolak belakang dengan apa yang terjadi pada kelompok yang dipimpin seorang periang. Dengan sifatnya yang proaktif, terbuka, dan vokal, para periang tidak lebih baik dalam menciptakan suasana produktif dalam kelompok. Seluruh anggota cenderung dituntut lebih aktif dan kooperatif. Maka yang muncul adalah hal sebaliknya. Anggota kelompok justru berbalik pasif.

Seperti yang telah disebutkan di atas, bagi beberapa orang justru kolaborasi akan membunuh kreativitas mereka. Ketika kolaborasi dipaksakan, maka kondisi kontraproduktif akan terjadi. Anggota yang dituntut demikian tidak akan bebas berekspresi dan berpendapat. Ini dikarenakan seluruh ide dan gagasan telah dikeluarkan seluruhnya oleh pemimpin kelompok yang selalu berapi-api tersebut.

Begitu pula dengan kemampuan komunikasi seseorang. Apakah orang ini pendiam atau periang sama sekali tidak ada hubungannya dengan bagaimana orang tersebut mengeluarkan gagasannya. Kemampuan komunikasi adalah hal yang dapat dilatih dan dipelajari. Seiring berjalannya waktu, kemampuan tersebut akan semakin baik dan terasah. Ini sejalan dengan apa yang pernah diungkapkan Mahatma Gandhi dalam penggalan wasiatnya yang berjudul A Manifesto of Introverts,

………

Sometimes it helps to be a pretend extrovert. There will always be time to quite later.

………

Lalu, bagaimana dengan Anda? Apakah Anda termasuk periang atau pendiam?

MOCHAMMAD IQBAL TAWAKAL
Twitter: @sitawakal
Email: miqbaltawakaal@gmail.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun