Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Hiduplah Menjadi Sebab, Bukan Akibat

3 Juli 2021   21:39 Diperbarui: 10 Juli 2021   09:03 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita pasti sering menemui sebab dan akibat dari suatu hal dalam hidup ini. Itu suatu hal yang lumrah bin pantas alias umum terjadi. Tapi yang menjadi pertanyaan penting kemudian adalah, sebagai seorang pribadi, bisakah kita menjadi "sebab atau akibat" untuk orang lain?

Penting sejenak untuk merefleksikan diri kita masing-masing. Apakah selama ini kita sudah hidup menjadi "sebab" untuk orang lain, atau justru lebih sering menjadi "akibat" bagi orang lain? 

Ya, bisa jadi kita pernah menjadi keduanya sekaligus. Tapi minimal, kita bisa lebih dominan menjadi "sebab" untuk orang lain daripada lebih sering menjadi "akibat".

Lalu, menjadi sebab seperti apa yang perlu kita upayakan dalam hidup ini? Berikut coba kita ulas. Markililede (mari kita lihat lebih dekat)

1. Menjadi "Sebab" Kebahagiaan Keluarga (Orang Lain)

Ini adalah "sebab" pertama yang harus kita upayakan dalam hidup. Jika menjadi sebab kebahagiaan orang lain terlalu luas, rasanya perlu kita kerucutkan pada kebahagiaan keluarga saja.

Ya, keluarga kita adalah orang yang sehari-hari paling banyak menghabiskan waktu bersama kita. Tidak ada sebab terbaik melainkan menjadikan mereka bahagia dengan kehadiran kita.

Saya pernah menemui ada orang yang amat dipuji di lingkungan sosialnya, tapi sungguh pilu ketika mengetahui saudara kandungnya belum berhasil bahagia dengan kehadiran dan kesuksesannya. Singkatnya, dia belum menjadi "sebab" untuk kebahagiaan keluarganya.

Tugas kita sekarang adalah, coba tanya diri kita masing-masing, sudahkah kita menjadi "sebab" atau kebahagiaan keluarga kita? Tidak selalu tentang uang dan materi, teman. Ada banyak cara untuk menjadi "sebab" kebahagiaan keluarga kita.

2. Menjadi "Sebab" Kebaikan Bagi Orang Lain

Jika bahagia letaknya di dalam hati, maka kebaikan bisa terlihat dari sikap dan prilaku yang kita tunjukkan dalam kehidupan ini. 

Coba tanya diri kita masing-masing, sudahkah kita menjadi "sebab" kebaikan untuk orang di sekitar kita?

Tidak perlu bertanya ke orang lain. Tanya saja kepada hati kecil kita sendiri. Jika kita ternyata sudah menjadi "sebab" hadirnya kebaikan di sekitar kita, maka pertahankan dan terus tingkatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun