Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memaknai Peran Guru dalam "Silabus Kehidupan" Kita

25 November 2020   17:30 Diperbarui: 25 November 2020   17:31 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Metode pengajaran yang tepat bisa menentukan hasil yang diharapkan tercapai (kajianpustaka.com)

Pertanyaannya, mengapa hal itu bisa terjadi? tentu ada banyak faktor. Tetapi salah satunya bisa saja adalah karena guru itu tidak menarik perhatian kita. Dan kemungkinan selanjutnya adalah karena guru itu hanya menggunakan metode "telling" dalam kesehariannya mengajar.

Apakah salah ketika seorang guru sering menggunakan "telling" dalam pendekatan belajarnya? tentu tidak. Tetapi persis seperti makan ayam goreng, jika Anda pagi hari disajikan ayam goreng, lalu siangnya ayam goreng dan malam juga ayam goreng. Lalu terus diulang selama 6 bulan berturut-turut, apa pendapat Anda?

Ya, hampir semua jawaban kita (mungkin) seragam atau hampir mirip. Inilah yang akan terjadi jika seorang guru hanya menggunakan "telling" atau memberi tahu dalam setiap pendekatan belajar yang dilakukannya.

Dan ingat, seperti kata ungkapan di awal tadi, semakin sering kita "telling" peserta didik kita, maka jangan salahkan kalau dia juga selalu melupakan apa yang kita beritahu.

Guru di Level "Teaching"

Kepala sekolah kami dulu sering menggunakan istilah ini,

"Mengajar (saja) hanya membuat muridmu berubah dari kebodohan kepada pengetahuan" 

Kalimat ini hampir dalam setiap upacara mingguan diulang oleh sang Kepala Sekolah, hingga sampai saat inipun saya ingat ucapan beliau itu. Awalnya kami tentu saja tidak paham kenapa beliau mengulangi kalimat itu (hampir) setiap minggu, padahal kami kan hanya belajar, bukan mengajar.

Tetapi bertahun-tahun kemudian kami baru paham, kalau itu diperuntukkan para guru-gurunya (yang juga hadir) agar tidak sekadar "mengajar" dalam fungsinya sebagai guru, tetapi harus lebih jauh dari itu.

Guru memanglah memiliki tugas "mengajar" dan tidak ada yang salah dengan hal itu. Tetapi mengajar saja hanya memberikan kontribusi "pengetahuan" kepada peserta didik, dan itu tentu saja tidak cukup untuk perkembangan zaman dewasa ini.

Guru di Level "Involving"

Coba ingat kembali ketika guru biologi (atau yang lain) kita dulu mengajak kita ke kebun, lalu mempraktikkan cara mencangkok sebuah pohon. Atau guru kimia kita dulu mengajak ke laboratorium dan mencampur cairan ini dan itu, bagaimana perasaan Anda?

Tertarik dan menarik sekali kan? Iya. Dia sedang melibatkan kita dalam pelajarannya. Dan seperti kata kalimat indah di depan, memang dengan dilibatkan, kita baru bisa merasakan nikmatnya belajar dan dari sana kita paham akan hal yang diajarkan itu.

Jadi, sebagai guru atau tenaga pendidik apapun (dengan apapun pelajaran yang diampu), sangat penting bagi kita untuk melibatkan peserta didik kita dalam hal apapun. Agar dia bisa belajar dan pada akhirnya memahami apa yang sudah diajarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun