Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pahami 3 Hambatan Kenapa Anda Tidak Berempati

20 September 2020   11:17 Diperbarui: 20 September 2020   12:02 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pahami kenapa seseorang sulit berempati (sumber:tampang.com)

Kembali PSBB yang diberlakukan di Ibukota dan berpotensi terus diikuti oleh daerah lain tentu tidak bisa dipandang remeh. Ada alarm kuat yang tersirat kalau situasi sedang tidak bersahabat. Belum lagi dengan situasi ekonomi yang seperti akan memasuki babak baru, PHK bertebaran, perlambatan terjadi, konsumsi menurun dan lain sebagainya. 

Dengan situasi yang tidak mudah ini, harus diakui tentu ada juga masyarakat yang mengalami situasi yang berbeda atau minimal ada juga yang statis. Tentu sudah pantas, untuk mereka yang berkecukupan dan minimal statis, untuk berempati dengan masyarakat lain yang mendapatkan situasi yang tidak begitu baik atau yang sedang menghadapi kesulitan ekonomi.

Namun tahukah Anda, kalau ternyata banyak orang yang berusaha untuk berempati, namun dia tetap saja gagal berempati, padahal sudah berusaha keras untuk melakukannya. Jika Anda salah satunya? Tenang, pada kesempatan kali ini akan kita bahas 3 hambatan dalam berempati yang mungkin membuat sebagian kita belum berhasil berempati kepada orang lain meskipun sudah berusaha keras. Mari kita ulas.

1. Kesalahan Memaknai Empati

Poin pertama adalah banyak orang yang salah memaknai empati. Empati bukan lah simpati. Jika simpati hanya menggambarkan belas kasih dan sayang terhadap suatu kejadian yang menimpa seseorang, maka empati jauh lebih dalam dari itu.

Empati yaitu dapat menempatkan diri kita pada posisi orang lain dan tentu saja itu tidak mudah. Ada skil yang dibutuhkan di dalamnya, termasuk perasaan ada di dalam situasi yang sama meskipun kenyataannya berbeda. Empati membutuhkan telinga untuk mendengar dan hati untuk merasa dan tentu saja berbeda dengan simpati yang hanya dipermukaan saja.

Karena kesalahan kita dalam memaknai empati ini, maka wajar, banyak orang seolah susah sekali melakukan empati kepada orang lain, ini tidak lepas karena kesalahannya dalam memaknai dan menempatkan empati pada maqam seharusnya.

2. Prioritasmu Mengganggu Waktu Empatimu

Contoh paling gampang, Ketika Anda sedang akan melayat ke rumah seorang sahabat yang orang tuanya meninggal (yang sudah Anda anggap seperti orang tua sendiri) dan Anda sudah janji untuk datang dan ditunggu, lalu di saat yang sama bos Anda meminta Anda mengikuti meeting penting yang tidak bisa ditunda dengan konsekuensi Anda bisa dipecat jika absen, mana yang Anda prioritaskan? Untuk menjawab situasi ini (Silakan baca tulisan saya tentang kecerdasan jalanan : Street Intelligent 3)

Pilihan Anda terhadap prioritas ini bisa menjadi penghambat Anda untuk menunjukkan empati Anda kepada lingkungan, dalam kasus ini adalah sahabat Anda tadi. Semakin Anda cermat dalam menentukan prioritas terhadap sebuah situasi, maka jiwa empati Anda terhadap banyak hal secara perlahan akan semakin tajam dan meningkat. 

Pada saat itu, tentu saja Anda semakin bisa merasakan esensi dari kehidupan seutuhnya yaitu tidak melulu tentang kita dan kehidupan kita, tetapi masih banyak aspek yang juga perlu menjadi perhatian kita. 

3. Rasa Sakit Masa Lalu

Di dalam buku yang berjudul "The Rumble Zone" yang ditulis oleh Jim Boneau, dia mengatakan kalau Pengalaman pahit masa lalu, apalagi yang terus berulang, bisa jadi akan menghambat Anda untuk bersimpati kepada orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun