Mohon tunggu...
Taufiqurrahman
Taufiqurrahman Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Andalas

Memiliki fokus untuk melihat situasi terkini dari masyarakat dan menyukai isu politik terkini

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Bahaya Internet Tanpa Literasi Digital

22 Desember 2022   20:21 Diperbarui: 25 Desember 2022   08:35 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kemerataan akses internet tentunya menjadi fokus pemerintah. Idealnya, suatu daerah harus diperlakukan sama dengan daerah lain. Keberadaan internet tentunya dapat memudahkan kehidupan manusia kedepannya. 

Ditambah lagi arus globalisasi dapat memperluas jalur informasi yang menjadi faktor untuk meningkatkan potensi pengetahuan sumber daya manusia di daerah tersebut. 

Apalagi ditambah tekad pemerintah untuk menerapkan digitalisasi terhadap pengadministrasian dan agenda pemerintah lainnya. Ini berdampak pada urgensi kemerataan akses internet yang telah menjadi fokus pemerintah belakangan ini. Namun, apakah etis rasanya jika pemerintah hanya menyelesaikan agenda mereka untuk memasang internet tersebut tanpa adanya edukasi lebih awal mengenai pengenalan tata guna internet bagi masyarakat.

Perlu dicatat, internet memang membawa manusia ke dalam arus digital dunia yang sangat luas, serta mempermudah manusia dalam setiap lini kehidupan. Namun, tidak sadarkah kita bahwa tanpa pengawasan ataupun edukasi internet pada masyarakat, akan membawa internet sebagai sumber kerusakan nantinya. Kebebasan dunia maya, menjadikan manusia dapat bertindak anarkis kedepannya.

Internet digambarkan tanpa ada faktor yang membatasi, mungkin saja ini mempermudah kita mengakses ataupun memperoleh keburukan dari internet. Kadang kita hanya memikirkan suatu kinerja yang sangat luar biasa saat bisa memasukan internet ke daerah terpencil. Namun, secara tidak sadar, kita membunuh mereka dengan internet. Isu pendekatan untuk mengenalkan literasi digital kepada mereka dianggap sebagai anak tiri dalam perkembangan internet sekarang ini.

Tentu literasi digital adalah hal yang umum di masyarakat sekarang ini. Literasi digital adalah kecakapan pengguna internet dalam menemukan, mengerjakan, mengevaluasi, menggunakan, serta memanfaatkan internet dengan bijak, cerdas, cermat, serta tepat sesuai kegunaan. Lalu, apakah hal tersebut telah sampai ke daerah terpencil sana. Miris ketika penulis masih menemukan ketidakpahaman masyarakat mengenai literasi digital di daerah terpencil sana.

Observasi ini penulis lakukan di Sakola Alam, Harau, Kab. Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Penulis melihat anak-anak disana mempaparkan suatu yang mengejutkan. Anak-anak di daerah tersebut mengatakan daerah mereka baru satu tahun internet masuk. Kita bisa mentoleransi jika mereka mengakses informasi ataupun pendidikan menggunakan internet. Namun, tidak terkejutkah kita mendengar bahwa mereka disana sudah mengenal konten kekerasan, pornografi, hingga cyber bullying. Dalam waktu sedemikian cepatnya, pengaruh bagi anak-anak tersebut sedemikian buruknya. Anak-anak juga rentan menerima berita bohong dan terkadang sudah mendapatkan perilaku bully dari teman mereka melalui internet yang biasa kita sebut cyber-bullying

Permasalahan awalnya adalah tidak adanya usaha persuasif untuk mengenalkan literasi digital pada mereka. Setelah dikenalkan internet, idealnya diajarkan terlebih dahulu tentang literasi digital. Ini bertujuan untuk membuat mereka menjadi konsumen internet yang terdidik. Pemerintah sebagai instrument terkuat terkadang kurang fokus dalam mengajarkan perihal literasi digital ini. Kebanyakan masyarakat yang bahu-membahu untuk mengajarkan literasi digital kepada anak-anak disana.

Pendekatan persuasif cocok untuk mengajarkan perihal pentingnya literasi digital sebelum berselancar di internet. Persuasif digunakan untuk menanamkan nilai literasi digital agar mereka terbiasa untuk mengkonfirmasi informasi sebelum menerimanya. Perlunya inisiatif untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang baru mendapatkan jaringan internet. Komunikasi Persuasif juga merupakan komunikasi yang berorientasi pada usaha menanamkan nilai, bukan untuk memaksakan kehendak si komunikator. sehingganya ini cocok untuk masyarakat-masyarakat yang notabene terkadang keras atas dalam mempercayai sesuatu.

Komponen paling awal adalah keluarga yang menjadi basis utama anak-anak mendapatkan nasihat, setelah itu sekolah yang menjadi tempat anak-anak untuk belajar, dan kepada mereka langsung, agar kedepannya menjadikan anak-anak ini sadar tentang pentingnya literasi digital saat mengakses internet. Harapannya, literasi digital tidak dijadikan anak tiri dalam pemajuan layanan internet. Peran aktif pemerintah dalam sosialisasi persuasif mengenai literasi digital juga ditingkatkan.

Usaha kita harus ditingkatkan agar anak-anak ini dapat menjadi penikmat internet yang berkualitas dan memanfaatkan sumber daya yang ada di internet untuk kemajuan kualitas mereka sebagai masyarakat. Sebagai masyarakat, kontrol harus ditingkatkan agar tidak terjadi hal yang buruk kedepannya setelah kemerataan internet ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun