Mohon tunggu...
TAUFIQURRAHMAN
TAUFIQURRAHMAN Mohon Tunggu... Relawan - Universitas lampung

nama : taufiqurrahman npm : 2013034027 kelas : ganjil/A prodi : pendidikan geografi Universitas lampung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Dampak Gas Metana dan Daya Dukung Sampah terhadap Perubahan Iklim

20 Desember 2020   00:21 Diperbarui: 20 Desember 2020   02:13 945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Sampah plastik di Indonesia merupakan masalah yang serius. Misalnya, dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa di antara 192 negara penyumbang sampah plastik di lautan, Indonesia menempati urutan kedua. Di saat yang sama, Tiongkok menduduki peringkat pertama. Pada saat yang sama, Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka berada di peringkat lima besar kontributor sampah plastik laut dalam hasil penelitian (Jambeck et al., 2015). Hasil penelitian Jambeck et al.

Bagi Indonesia hal ini tentunya bukan kabar baik, bahkan beberapa pihak di Indonesia membantah hasil penelitian ini. Misalnya, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyatakan bahwa hasil penelitiannya kurang akurat karena tidak mewakili keadaan sebenarnya di Indonesia. Meski begitu, hasil penelitian ini setidaknya bisa menjadi peringatan penting bagi kita semua bahwa sampah plastik merupakan masalah yang serius dan harus segera ditangani.

Sampah dapat meningkatkan emisi Gas rumah kaca, kejadian ini terjadi pada timbunan sampah yang tidak diolah, pembuangan sampah tersebut Gas metana. Manusia hampir selalu berproduksi dalam segala aktivitasSampah.

Sampah memiliki daya dukung emisi gas rumah kaca yang besar yaitu Metana . Setiap 1 ton sampah menghasilkan 50 kg gas metana. Gunakan nomornya Jumlah penduduk Indonesia terus meningkat, dan diperkirakan pada tahun 2020 sampah akan bertambah Output tahunan sekitar 500 juta ton / hari atau 190.000 ton / tahun.

Hal ini berati di tahun itu Indonesia akan mengeluarkan hingga 9.500 ton gas metana ke atmosfer (Melviana et al., 2004). Sampah adalah penyebab terjadinya gas dalam ruangan Kaca dalam bentuk CH4 (metana). Ini terutama terjadi di pembuangan sampah Terbuka di TPA (tempat pembuangan akhir) (pembuangan terbuka), menyebabkan sampah Bahan organik yang terakumulasi akan mengalami dekomposisi anaerobik. Proses menghasilkan Gas metana. Pembakaran limbah juga menghasilkan gas karbondioksida (karbondioksida). Gas metana memiliki potensi merusak 20 kali lebih besar dari gas karbon dioksida

Kelompok Gas rumah kaca, termasuk metana yang dapat menyebabkan perubahan regional dan global. Perubahan ini termasuk pengendapan asam (hujan asam), perubahan iklim global, dan penipisan lapisan ozon atmosfer. Ini terjadi ketika konsentrasi gas rumah kaca menangkap radiasi matahari dan karenanya mempengaruhi iklim selama ratusan tahun. Masing-masing gas rumah kaca ini memiliki karakteristik penyerapan radiasi matahari yang berbeda, yang disebut spektrum adsorpsi.

Gas rumah kaca yang dapat menyerap sinar infra merah dengan sangat kuat dapat dengan mudah menaikkan suhu, yang artinya memiliki potensi besar terjadinya pemanasan global dan lamanya tinggal di atmosfer.Potensi pemanasan global metana adalah 21 kali lipat dari karbondioksida. , Tetapi memiliki waktu tinggal yang lebih pendek yaitu 10 tahun, sedangkan karbondioksida adalah 50-200 tahun (Kendra, 1997).

Akibat perubahan iklim, salah satunya akibat meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca termasuk metana di tempat atau ekosistem / komunitas tertentu, mereka akan menghadapi perubahan tersebut dan karenanya sangat rentan. Sekalipun suhu terus meningkat, ekosistem alam seperti terumbu karang sangat sensitif terhadap kenaikan suhu. Misalnya pada peristiwa El Nico tahun 1997, banyak terumbu karang di Asia Tenggara mengalami pemutihan. Jika suhu laut terus meningkat, pemulihannya akan meningkat

Dilansir dari KOMPAS.com - Sebuah penelitian terbaru yang terbit di jurnal PLOS ONE, Rabu (01/08/2018), tim ilmuwan mengatakan plastik turut menjadi faktor pemanasan global. Hal ini karena plastik mengeluarkan gas metana dan etilena pada saat terkena sinar matahari dan rusak.

Temuan ini didapatkan petelah Peneliti melakukan serangkaian tes pada produk plastik yang biasa digunakan seperti botol air, tas belanja dan wadah makanan. Gas metana, baik buatan maupun alami, sejak lama telah diketahui sebagai penyebab utama perubahan iklim. Dalam beberapa tahun terakhir, pembuatan dan penggunaan plastik menjadi sorotan setelah pecinta lingkungan.

Perubahan kondisi iklim akan berdampak pada perubahan volume dan distribusi air, dan dalam jangka panjang kelestarian sumber daya air membutuhkan perhatian. Daerah kering seperti Afrika akan mengalami kekeringan yang lebih parah, sedangkan daerah lembab seperti kebanyakan daerah tropis akan mengalami kondisi basah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun