Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bulan Luka

21 September 2021   08:53 Diperbarui: 21 September 2021   08:53 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bulan Tanpa Cahaya
duka belum juga kuncup,
luka dan aroma darah
dari kebodohan
dan dendam
dalam mitos
yang dipelihara.

Air mata telah menjadi sungai
dilalui sejarah meja runding
dan persekongkolan
sejak isi isi kitab diubah
sambil berencana merambah dunia.

Sumpah sumpah
dan laknat telah tumpah,
namun otak pongah
dan mitos si "kesayangan tuhan"
menjadi penindasan yang
dianggap benar dan suci.

Walau mungkin bulan redup
para kawan diinggap takut,
perlawanan tiada kuncup
menjadilah diri batu batu tajam
dan anak anak panah menghujan

Bulan redup, pantulan emasnya berserakan. Bulan luka
mata mata sinis
bibir bibir miris
lisan lisan penista.
biarkan saja,
namun pastikan
ke siapa engkau berpihak.

Mungkin engkau butuh menu sejarah
di kopi pagimu,
tentang sejarah yang tidak bengkok
yang dibawa ratusan Nabi
hingga sampai ke keyakinan murni, dari silsilah Ibrahim.

Mungkin bulan jadi redup luka,
namun mulia tanah selalu merekah
hingga bumi diganti dengan bumi yang lain, tanah Qudsimu tetap mulia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun