Kita tidak bisa melihat kasus ini sebagai kejadian tunggal. Ini lebih besar dari sekadar satu orang pelaku dan satu orang korban. Ini soal kepercayaan publik terhadap institusi yang seharusnya melindungi mereka.
Masyarakat semakin skeptis terhadap kepolisian. Setiap ada kasus kriminal yang melibatkan polisi, rasa aman pun makin luntur. Bagaimana bisa rakyat percaya pada aparat, kalau yang seharusnya menjaga malah berbuat kejahatan?
Bagi korban dan keluarganya, luka yang ditinggalkan tidak akan sembuh begitu saja. Trauma psikologis bisa berdampak seumur hidup. Anak-anak seharusnya bermain dan belajar, bukan mengalami kekerasan dari orang yang seharusnya mereka hormati.
Lalu, Apa yang Harus Dilakukan?
Pemerintah dan kepolisian harus serius melakukan reformasi. Sudah cukup kasus-kasus seperti ini berlalu tanpa perubahan signifikan. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:
1. Perketat Rekrutmen dan Pengawasan di Kepolisian
Jangan sampai orang-orang yang punya masalah mental atau perilaku menyimpang bisa dengan mudah masuk ke institusi kepolisian.
2. Buka Transparansi Kasus yang Melibatkan Aparat
Masyarakat berhak tahu sejauh mana kasus seperti ini ditangani. Jangan ada lagi permainan di balik meja yang akhirnya hanya menghukum pelaku dengan "sanksi administratif".
3. Perberat Hukuman bagi Aparat yang Melanggar Hukum
Hukuman bagi aparat yang melanggar hukum harus lebih berat dibandingkan warga sipil biasa. Kenapa? Karena mereka seharusnya lebih paham hukum dan punya tanggung jawab lebih besar.
Kita Tidak Bisa Diam Saja
Kasus ini bukan hanya tentang seorang mantan Kapolres yang diduga mencabuli anak kecil. Ini adalah potret dari masalah yang lebih besar—kegagalan sistem dalam menegakkan hukum secara adil dan memberikan perlindungan bagi mereka yang rentan.
Jika tidak ada perubahan signifikan, maka jangan heran jika kasus serupa akan terus terjadi.
Pertanyaannya sekarang: Apakah kita akan terus diam?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI