"Di balik kehidupan sempurnanya, Rania menyimpan rahasia kelam—sebuah hasrat tak terkendali yang perlahan mengancam dunianya."
Cermin di sudut kamar memantulkan sosok Rania—sempurna. Gaun merah tua membalut tubuhnya dengan elegan, rambutnya tersanggul rapi, sepasang anting berlian menggantung di telinganya seperti bintang yang dipetik dari langit. Malam ini, ia akan menghadiri pesta pernikahan bersama Adrian, suaminya. Dunia mengenalnya sebagai wanita mandiri, pemilik rumah mode dengan jaringan luas. Teman-temannya memujanya, kliennya mengidolakannya.
Namun, di balik pantulan itu, ada sesuatu yang lain. Bayangan yang tak terlihat, bersembunyi di celah-celah kesempurnaan.
Di laci meja rias, tersembunyi kotak kayu kecil. Di dalamnya, tersusun benda-benda tak berharga—lipstik dari pelanggan butik, bros plastik dari rumah seorang teman, gantungan kunci murah dari resepsi pernikahan. Barang-barang yang tak pernah ia butuhkan. Barang-barang yang tak pernah ia beli.
Rania menutup laci dengan cepat. Gema desir kayu terdengar seperti pengkhianatan.
Pesta pernikahan yang ia hadiri diadakan di hotel mewah dengan lampu kristal menggantung seperti tetesan embun yang membeku di langit-langit. Musik klasik mengalun pelan, bercampur dengan suara gelas beradu dan tawa ringan para tamu. Rania tersenyum, tangannya menggenggam lengan Adrian. Ia ahli dalam memainkan peran ini—wanita sukses, anggun, tak bercela.
Hingga, di sudut ruangan, ia melihat sesuatu.
Sebuah pulpen perak di atas meja penerima tamu.
Suaranya nyaris tak terdengar, namun cukup jelas di dalam kepalanya.
AMBIL.