Mohon tunggu...
Taufiq Agung Nugroho
Taufiq Agung Nugroho Mohon Tunggu... Asisten Peneliti

Seorang bapak-bapak berkumis pada umumnya yang kebetulan berprofesi sebagai Asisten Peneliti lepas di beberapa lembaga penelitian. Selain itu saya juga mengelola dan aktif menulis di blog mbahcarik.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Kleptomania

25 Februari 2025   20:39 Diperbarui: 10 Maret 2025   00:37 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kleptomania (Sumber: Meta AI)

"Di balik kehidupan sempurnanya, Rania menyimpan rahasia kelam—sebuah hasrat tak terkendali yang perlahan mengancam dunianya."

Cermin di sudut kamar memantulkan sosok Rania—sempurna. Gaun merah tua membalut tubuhnya dengan elegan, rambutnya tersanggul rapi, sepasang anting berlian menggantung di telinganya seperti bintang yang dipetik dari langit. Malam ini, ia akan menghadiri pesta pernikahan bersama Adrian, suaminya. Dunia mengenalnya sebagai wanita mandiri, pemilik rumah mode dengan jaringan luas. Teman-temannya memujanya, kliennya mengidolakannya.

Namun, di balik pantulan itu, ada sesuatu yang lain. Bayangan yang tak terlihat, bersembunyi di celah-celah kesempurnaan.

Di laci meja rias, tersembunyi kotak kayu kecil. Di dalamnya, tersusun benda-benda tak berharga—lipstik dari pelanggan butik, bros plastik dari rumah seorang teman, gantungan kunci murah dari resepsi pernikahan. Barang-barang yang tak pernah ia butuhkan. Barang-barang yang tak pernah ia beli.

Rania menutup laci dengan cepat. Gema desir kayu terdengar seperti pengkhianatan.

Pesta pernikahan yang ia hadiri diadakan di hotel mewah dengan lampu kristal menggantung seperti tetesan embun yang membeku di langit-langit. Musik klasik mengalun pelan, bercampur dengan suara gelas beradu dan tawa ringan para tamu. Rania tersenyum, tangannya menggenggam lengan Adrian. Ia ahli dalam memainkan peran ini—wanita sukses, anggun, tak bercela.

Hingga, di sudut ruangan, ia melihat sesuatu.

Sebuah pulpen perak di atas meja penerima tamu.

Suaranya nyaris tak terdengar, namun cukup jelas di dalam kepalanya.

AMBIL.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun